Kekayaan Budaya Tersembunyi di Balik Eksklusivitas Masyarakat Osing

Min.co.id ~ Banyuwangi ~ Di ujung timur Pulau Jawa, terdapat komunitas unik yang jarang terdengar namun memiliki kekayaan budaya yang luar biasa. Masyarakat Osing, yang mendiami Desa Kemiren di Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, dikenal dengan identitas budaya yang kuat dan sejarah yang kaya.

Suku Osing, sering dianggap sebagai keturunan rakyat Kerajaan Blambangan yang memilih mengasingkan diri pada zaman Kerajaan Majapahit, memiliki sejarah yang berakar dalam perlawanan dan migrasi. Nama Osing sendiri berasal dari kata “using” yang dalam bahasa Bali berarti ‘tidak’. Nama ini diberikan oleh penduduk pendatang pada abad ke-19, mencerminkan penolakan masyarakat asli terhadap pengaruh luar.

Sejarah Osing: Dari Kerajaan Blambangan hingga Puputan Bayu

Berdasarkan cerita masyarakat setempat, suku Osing muncul dari rakyat Kerajaan Blambangan yang melakukan migrasi besar-besaran selama dua abad, sekitar tahun 1546 hingga 1764, akibat serangan dari kerajaan sekitar. Kisah heroik mereka semakin diperkuat dengan adanya Puputan Bayu, peperangan antara pasukan VOC dan pejuang Blambangan pada tahun 1771 hingga 1772. Dipimpin oleh Pangeran Jagapati, peperangan ini menjadi simbol perlawanan masyarakat Blambangan terhadap penjajah Belanda.

Desa Kemiren: Rumah Besar Suku Osing

Desa Kemiren, yang terletak di Kecamatan Glagah, Banyuwangi, menjadi “rumah besar” bagi suku Osing. Desa ini menempati wilayah seluas 177.052 hektare dan dihuni oleh 2.569 penduduk. Mayoritas penduduk desa adalah suku Osing yang masih mempertahankan tradisi dan adat istiadat mereka. Kemiren juga termasuk dalam wilayah Ijen Geopark, menjadikannya situs kebudayaan yang penting.

Saat mengunjungi Desa Adat Kemiren, wisatawan akan disambut dengan tradisi gedhogan, pertunjukan seni memukul lesung dan alu yang diiringi alunan angklung dan tabuhan gendang. Tradisi ini merupakan ungkapan syukur atas hasil panen dan telah menjadi bagian penting dari identitas budaya Osing.

Kekayaan Tradisi dan Kesenian Osing

Selain gedhogan, wisatawan juga dapat menikmati kopi khas Osing dan menyaksikan tradisi barong ider bumi, ritual tahunan yang digelar setiap tanggal 2 Syawal. Dalam tradisi ini, barong dianggap sebagai lambang kebaikan yang diarak untuk mengusir hawa jahat dari desa.

Rumah adat Osing yang unik dengan desain atap tikel balung, baresan, dan crocogan menambah pesona Desa Kemiren. Pengunjung juga bisa berinteraksi dengan warga setempat dan belajar tentang tradisi menyimpan batik dalam toples serta mepe kasur, proses menjemur kasur secara bersamaan sebagai simbol penolak penyakit atau bencana.

Kuliner Autentik dan Keindahan Alam

Desa Kemiren tidak hanya menawarkan kekayaan budaya, tetapi juga kuliner autentik seperti pecel pitik, tahu walik, dan uyah asem khas Osing. Wisatawan dapat mencoba memasak hidangan ini bersama warga lokal, memberikan pengalaman yang tak terlupakan.

Akses Mudah ke Desa Kemiren

Akses menuju Desa Adat Kemiren cukup mudah. Terletak di Dusun Kedaleman, Kecamatan Glagah, Kabupaten Banyuwangi, desa ini hanya berjarak 6,5 kilometer dari Kota Banyuwangi, atau sekitar 15 menit perjalanan.

Dengan segala keunikan dan kekayaan budaya yang dimilikinya, masyarakat Osing di Desa Kemiren membuktikan bahwa di balik eksklusivitas mereka tersimpan keragaman budaya yang luar biasa. Wisatawan yang mengunjungi desa ini akan mendapatkan pengalaman mendalam tentang sejarah, tradisi, dan kehidupan masyarakat Osing yang kaya akan nilai-nilai budaya.

ind.id

Editor : Achmad

Komentar

News Feed