Dulu, bantaran sungai itu sering terlihat kumuh dan dipenuhi sampah, menyebabkan aroma tak sedap. Namun, sejak beberapa tahun terakhir, wajah bantaran Tukad Badung mengalami transformasi yang luar biasa. Kini, ukiran khas Bali menghiasi dinding-dindingnya, sementara paving batu dan ornamen beton meliuk-liuk memperindah tampilannya.
Transformasi ini adalah hasil dari proyek revitalisasi yang dilakukan antara tahun 2017 hingga awal 2019. Dana sebesar Rp7,6 miliar dialokasikan oleh Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kota Denpasar untuk meningkatkan aspek estetika bantaran Tukad Badung sepanjang 420 meter.
Bantaran yang baru ini bukan hanya menghadirkan keindahan visual, tetapi juga fungsi yang lebih baik. Dengan tempat duduk berundak, air mancur, dan lampu-lampu warna-warni yang menyala di malam hari, kawasan ini menjadi tempat yang menyenangkan untuk dikunjungi.
Tidak hanya itu, revitalisasi ini juga bertujuan untuk membersihkan sungai dari sampah dan meningkatkan aliran airnya. Kepala Dinas PUPR Denpasar, AA Ngurah Bagus Airawata, menyatakan bahwa tujuan utama dari proyek ini adalah untuk mengembalikan fungsi sungai yang sebenarnya dan memperbaiki citra sungai di Denpasar.
Sebelum revitalisasi, Tukad Badung sering kali dianggap sebagai tempat pembuangan sampah raksasa, dengan air yang tercemar limbah. Namun, kini, bantaran ini menjadi tempat yang indah dan nyaman bagi warga dan wisatawan untuk menikmati keindahan alam Kota Denpasar.
Dengan transformasinya yang mengagumkan, bantaran Tukad Badung tidak hanya menjadi sebuah sungai, tetapi juga menjadi sebuah destinasi wisata yang mempesona di jantung ibu kota Provinsi Bali.
Ind.id
Editor : Achmad
Komentar