Indramayu Barometer Pengembangan Pertanian Organik di Indonesia

Min.co.id ~ Indramayu ~ Kabupaten Indramayu, yang memiliki hamparan lahan baku sawah terbesar di Indonesia, kembali menjadi pilot project nasional. Kali ini, Indramayu terpilih sebagai barometer pengembangan pertanian organik, mengukuhkan posisinya sebagai daerah unggulan dalam produksi padi organik yang ramah lingkungan dan bernilai ekonomi tinggi.

Dengan luas Lahan Baku Sawah (LBS) sebesar 125.442 hektare, Indramayu telah ditetapkan oleh Menteri Pertanian sebagai contoh pengembangan padi organik. Kepala Badan Standarisasi Instrumen Pertanian (BSIP) Jawa Barat, Rustan Massinai, menjelaskan kepada Diskominfo Indramayu bahwa kabupaten ini tetap menjadi penghasil padi terbesar di Indonesia. Namun, upaya peningkatan produksi padi terus dilakukan dengan mengadopsi sistem pertanian organik yang lebih ramah lingkungan.

“Pak Menteri langsung menjadikan Indramayu sebagai pilot project padi organik. Alhamdulilah kita sudah ada seribu hektare hamparan sawah yang sudah menggunakan organik di Indramayu,” ungkap Rustan.

Rustan menambahkan bahwa saat ini terdapat 1.000 hektare sawah organik di Kecamatan Widasari dan 55 hektare di Kecamatan Jatibarang. Pengembangan lahan pertanian organik terus diperluas ke kecamatan lainnya, dengan hasil penelitian menunjukkan peningkatan produksi dari 6-7 ton per hektare menjadi 10 ton per hektare pada lahan organik.

“Dengan menggunakan organik selain terjadi peningkatan produksi juga ada peningkatan harga jual karena padi organik lebih mahal dan tentu menyehatkan serta ramah lingkungan,” tegas Rustan.

Bupati Indramayu, Nina Agustina, sangat mengapresiasi kebijakan Kementerian Pertanian RI yang menjadikan Kabupaten Indramayu sebagai daerah percontohan dalam pengembangan pertanian organik. Nina berharap pengembangan pertanian organik bisa diperluas ke seluruh kecamatan di Indramayu.

“Dengan adanya peningkatan produksi dari 6 ton menjadi 10 ton ini akan makin meningkatkan pendapatan petani dan berdampak pada kesejahteraan masyarakat,” kata Nina.

Plt. Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Kabupaten Indramayu, Sugeng Heriyanto, menjelaskan bahwa pengembangan pertanian organik akan mengubah kebiasaan petani yang selama ini menggunakan pupuk non-organik (kimia) untuk beralih ke pupuk organik. Peralihan ini menguntungkan karena biaya produksi lebih murah, produksi meningkat, dan harga jual lebih tinggi serta lebih sehat.

“Kalau kita beralih ke pupuk organik maka kita tidak akan ribut pupuk subsidi,” tegas Sugeng.

Salah seorang penggiat pertanian organik, Mara dari Desa Krasak Kecamatan Jatibarang, mengungkapkan bahwa di wilayah Kecamatan Jatibarang sudah terdapat 55 hektare lahan yang beralih ke organik. Mara mengajak para petani lain untuk beralih ke pertanian organik karena telah merasakan manfaat dan keuntungannya.

“Saya mengajak para petani untuk beralih ke organik karena lebih menguntungkan dan menyehatkan,” ajak Mara.

Dengan berbagai inovasi dan kebijakan yang mendukung, Indramayu terus melangkah maju sebagai daerah percontohan dalam pertanian organik, membawa kesejahteraan bagi petani dan masyarakat sekitarnya.(*)

Editor : Achmad

Komentar

News Feed