Min.co.id ~ Jakarta ~ Keputusan Indonesia untuk bergabung dengan BRICS mendapatkan apresiasi internasional, sekaligus menegaskan posisinya sebagai negara dengan kebijakan luar negeri yang aktif dan netral.
Langkah ini dinilai tidak akan memengaruhi hubungan erat Indonesia dengan Amerika Serikat, termasuk dengan Presiden Terpilih Donald Trump.
Utusan Khusus Presiden untuk Perdagangan Internasional, Mari Elka Pangestu, menyatakan keanggotaan Indonesia di BRICS merupakan peluang strategis untuk membangun kolaborasi global yang lebih luas.
“Kebijakan luar negeri kita memungkinkan kita bekerja sama dengan berbagai pihak tanpa mengganggu kepentingan negara mana pun, termasuk AS,” ujar Mari di Istana Kepresidenan, Selasa (7/1/2025).
Menurut Mari, Indonesia dapat memainkan peran sebagai penghubung antara negara-negara maju dan berkembang. Keanggotaan ini juga sejalan dengan ambisi Indonesia untuk bergabung dengan Organisasi untuk Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi (OECD), di mana AS memegang pengaruh besar.
Dorongan De-Dolarisasi: Evolusi Keuangan Global
Terkait isu de-dolarisasi yang menjadi agenda BRICS, Mari menegaskan bahwa Indonesia sudah mengimplementasikan sistem pertukaran mata uang langsung, seperti rupiah-yuan, untuk mendukung stabilitas ekonomi domestik.
“Ini adalah bagian dari evolusi sistem keuangan global, tetapi dominasi dolar AS tetap tidak tergantikan dalam waktu dekat,” katanya.
Sambutan Hangat Brasil dan Komitmen Global
Sebagai ketua BRICS saat ini, Brasil menyambut baik kehadiran Indonesia sebagai anggota baru aliansi. Langkah ini diharapkan memperkuat upaya global dalam membangun hubungan kerja sama yang lebih erat dan inklusif.
Dengan BRICS sebagai wadah baru, Indonesia siap memanfaatkan platform ini untuk membawa aspirasi negara berkembang ke tingkat yang lebih tinggi, sekaligus menjaga hubungan harmonis dengan negara-negara maju.(*)
Editor : Achmad