- Bandung
- Cimahi
- Bogor
- Bekasi
- Depok
Selain itu juga ada beberapa orang yang berasal dari Tionghoa yang juga banyak di jumpai di seluruh daerah yang berada di Jawa Barat.
Kebudayaan Suku Sunda
Suku sunda memiliki kebudayaan yang salah satu dari kebudayaan nya yang akan menjadikan suku sunda kaya. Karena sumber kekayaan yang dipercayai oleh suku sunda akan dilestarikan dan juga dikembangkan. Maka akan di jelaskan semua kebudayaan yang berada di Suku Sunda sebagai berikut ini :
1. Sejarah Suku Sunda
Suku Sunda merupakan etnis yang menempati bagian barat Pula Jawa. Sebutan Sunda merujuk kepada kerajaan Pasundan yang ada di wilayah Jawa Barat pada masa pasca kerajaan Tarumanegara. Nama Sunda bagi suku Sunda sendiri memiliki beberapa makna dan arti yang secara keseluruhan menunjukkan pengharapan akan kebaikan dalam segala aspek kehidupan.
- Sunda berasal dari kata Saunda yang artinya lumbung bermakna (makmur dan subur)
- Sunda berasal dari kata Sonda yang artinya bahagia
- Sunda berasal dari kata Sundara yang artinya lelaki tampan, serta sebutan juga bagi dewa kamaja yang penuh rasa cinta dan kasih sayang
- Sunda berasal dari kata Sundari yang artinya wanita cantik
- Sunda juga memiliki makna arti indah
2. Filosofis Hidup
Falsafah hidup suku Sunda yang memiliki makna mendalam yaitu “cageur (sehat), bageur (baik), bener (benar), pinter (pandai), tur singer (kreatif)”, dimana tiap kata memiliki artinya sendiri-sendiri. Masing-masing memiliki makna pandangan hidup orang sunda yang mengarah kepada kebaikan.
- Cageur
Memiliki makna sehat rohani dan jasmani. Sehingga orang Sunda diharapkan selalu menjaga mentalitas psikis dan juga kesehatan fisiknya.
- Bageur
Bageur maknanya adalah kepribadian yang baik. Identitas orang Sunda adalah memiliki sikap yang baik, ramah, sopan santun dan tata krama yang luhur.
- Bener
Bener memiliki makna berpijak pada perbuatan dan nilai yang benar. Seperti harus takwa, jujur, amanah, dls. Jangan sampai berperilaku yang salah.
- Pinter
Artinya memiliki wawasan dan pengetahuan. Orang sunda dituntut agar memiliki ilmu pengetahuan yang tinggi sebagai bekal kehidupan
- Singer
Singer maknanya adalah kreatif dan inovatif. Masyarakat Sunda dengan kepribadian dan mindsetnya harus senantiasa memiliki karya yang kreatif dan inovatif.
Filosofis hidup ini terus diturunkan dan diajarkan secara turun temurun. Sehingga watak dan kepribadian orang Sunda diharapkan akan bisa benar-benar mencerminkan falsafah hidup yang sudah ditradisikan oleh para leluhur mereka.
3. Filosofis Nama “Ci” dan Legenda Prabu Siliwangi
Di Jawa Barat yang notabene dinisbatkan bahwa wilayah ini sebagian besar adalah kediaman suku Sunda, maka terdapat hal yang unik berkaitan dengan penyebutan daerah yang selalu diawali dengan kata “Ci”, seperti Cianjur, Cirebon, Cibodas, Cibereum, Cihideung, dan Ci yang selainnya. Mengenai penyebutan nama yang selalu diawali dengan huruf Ci ini sendiri, terdapat beberapa versi cerita yang bisa memberikan pemahaman mengenai kata Ci itu sendiri.
Meskipun demikian, cerita paling banyak mengenai asal-usul kata Ci ini adalah bahwa kata Ci merupakan kependekan sebutan dari “Cai”. Cai sendiri dalam bahasa Sunda memiliki arti air. Ada yang berspekulasi dan menghubungkan bahwa penyebutan kata Ci atau Cai sebagai nama wilayah atau daerah ini berkaitan dengan kondisi geografis dimana Jawa Barat banyak sekali memiliki sungai-sungai. Ada juga yang berspekulasi bahwa tanah Sunda dulunya merupakan lautan/danau yang sangat besar. Karena terdapat hubungan-hubungan dengan air, maka daerah-daerah di Jawa Barat pada umumnya selalu diawali dengan nama Ci.
Padahal, penyebutan kata Ci bukanlah merujuk kepada kependekan arti Cai atau air. Penyebutan kata Ci ini berkaitan dengan Legenda Gunung Sunda Purwa. Gunung Sunda Purwa sendiri merupakan gunung api aktif tertinggi di dunia dengan ketinggian 17.000 mdpl. Sebutan Ci berasal dari bahasa sansekerta kuno yang memiliki arti “cahaya”. Gunung sunda purwa pada zaman dahulu disebut juga sebagai Gunung Agung Batara Guru, atau Gunung Matahari. Puncaknya yang selalu tertutupi oleh salju abadi menjadikan puncak gunung Sunda ini nampak seperti memancarkan cahaya yang menyinari wilayah sekitarnya.
Selanjutnya, penyebutan Ci juga memiliki makna dewa, karena kata dewa memiliki makna lain yang berarti cahaya. Gunung Sunda Purwa merupakan gunung yang dipercaya sebagai tempat bersemayam para Hyang atau para Dewa. Hyang sendiri masih bersinonem dengan kata Eyang/Biyang yang berarti leluhur. Oleh sebab itu, tanah Sunda disebut juga sebagai tanah Para-Hyang-an yang artinya tempat leluhur atau tempat para dewa.
Lalu, sebutan cibodas (Mang) memiliki makna cahaya putih, Cibodas (Mang) merupakan sebutan bagi tempat di timur yang merupakan tempat bersemayamnya Sang Hyang Iswara. Cibereum (Ang) merupakan sebutan bagi tempat di di wilayah Selatan tempat Sang Hyang Brahmana. Cihideung (Ung) merupakan sebutan bagi tempat di wilayah Utara tempat bersemayam Sang Hyang Wisnu. Mang-Ang-Ung bila disatukan akan menjadi kata Maung. Maung sendiri dalam bahasa Sunda memiliki arti Macan. Macan/Harimau ini merupakan lambang dari Sang Hyang Siwa. Selain itu Maung juga lekat dengan cerita legenda prabu Silih Wangi.
4. Kepercayaan
Mayoritas Suku sunda memeluk agama Islam. Tetapi juga ada beberapa suku sunda yang tidak memeluk agama Islam karena memiliki keyakinan dan kepercayaan yang berbeda. Orang – orang atau suku sunda yang tidak memeluk agama islam bisa diketahui sebagai berikut ini , Orang Baduy : Semua orang baduy yang bertempat tinggal di Banten akan tetapi mereka juga ada yang memeluk agama Kristen, agama Hindu, agama Budha dan agama Katolik. Selain itu mereka juga masih mempercayai mistik sehingga masih banyak yang mempraktekkan sinkretisme dan juga mistik yang mereka percayai.
Jadi pada umumnya semua kehidupan yang ada pada orang sunda sudah di tunjukkan untuk memberikan keseimbangan di alam semesta. Dimana keseimbangan magic yang masih di gunakan seperti dengan adanya sebuah upacara adat tetapi keseimbangan yang lain juga masih tetap dipertahankan seperti keseimbangan sosial. Keseimbangan sosial yang sering dilakukan oleh Suku Sunda adalah kegiatan seperti saling membantu dengan gotong royong dengan yang lainnya. Hal seperti ini adalah hal yang membuat suku sunda menarik seperti hal nya dengan adanya lakon dari patung yang sering di sebut dengan Lutung Kasarung.
Lutung Kasarung merupakan salah satu tokoh yang ada di suku sunda. Mereka percaya bahwa adanya Allah dan Allah itu satu (Guriang Tunggal) dan juga yang sudah menitiskan beberapa bagian kecil dariNya yang telah dilahirkan ke dunia sehingga bisa melihat kehidupan manusia atau yang sering disebut dengan titisan Allah (Dewata). Sehingga semua ini yang akan bisa menjadi suatu jembatan yang memiliki fungsi yaitu untuk memberikan komunikasi kabar baik di antara mereka semua.
5. Mata Pencaharian
Dari semua Suku Sunda yang kehidupannya hampir mayoritas bercocok tanam. Suku Sunda juga hampir keseluruhan penduduknya tidak ada keinginan untuk merantau di negeri orang. Suku Sunda memiliki tujuan tersendiri dalam kehidupannya yaitu untuk meningkatkan taraf hidup di keluarganya. Sehingga jika di lihat dari data Bappenas pada tahun 1993, maka ada 75 % desa di Jawa Barat yang miskin. Sehingga secara keseluruhan kemiskinan yang terjadi di Jawa Barat karena adanya kelangkaan dari sumber daya manusia. Sehingga mereka membutuhkan pengembangan dari sumber daya manusia yang ada seperti halnya Pendidikan dan juga pembinaan.
Sunda juga memiliki suku budaya seperti dengan suku – suku yang lain nya. Sunda juga memiliki arti kata tersendiri yaitu : bagus, baik, putih, bersih dan cemerlang. Sunda juga memiliki arti yang mengandung unsur seperti kebaikan. Semua orang sudah sangat percaya dengan yang dimiliki, yang dimiliki oleh orang sunda yaitu Watak atau Karakter. Watak atau karakter bagi orang sunda adalah kesehatan, kebaikan, kebenaran , trampil dan juga pintar yang sudah lahir dari zaman dahulu kala yaitu zaman salaka nagara sejak tahun 150 dan bisa sampai di sumudang larang pada abad ke-17, pada abad ke 17 orang sunda sudah makmur serta sejahtera yang sudah lebih dari ribuan tahun.
6. Kesenian
Suku sunda juga memiliki beberapa kesenian yang menjadi ciri khas tersendiri yang dimiliki oleh suku sunda dan menjadi kebanggaan semua suku sunda. Berikut ini adalah beberapa kesenian yang berada di suku sunda :
- Kirab Helaran
Kitab helaran adalah salah satu jenis kesenian tradisional yang berada di suku sunda yang juga sering di sebut dengan seni pertunjukan rakyat yang sering ditampilkan oleh beberapa arakan yang berbentuk helaran, orang sunda juga sering menyebutnya dengan Sisingan. Pertunjukan dari Kirab Helaran ini juga bisa di jadikan sebagai upacara adat khitanan atau beberapa acara khusus yang lainnya yaitu seperti menyambut tamu yang datang, hiburan untuk peresmian, kegiatan yang dilakukan pada saat HUT Kemerdekaan RI atau bahkan untuk kegiatan beberapa hari besar yang lainnya.
Acara ini telah di ikuti oleh banyak orang yang akan diwakilkan dari semua kelurahan yang ada di Cimahi. Kirab helaran yang seperti arakan dan juga pernah di gelar pada saat Hari Jadi yang ke-6 Kota Cimahi. Kesenian kirap ini juga bertolak dengan Alun – alun di kota Cimahi dengan menuju kawasan perkantoran yang berada di Pemkot Cimahi yaitu yang beralamat di Jalan Rd. Demang Hardjakusumah yang di ikuti oleh beberapa kelompok masyarakat yang juga ikut menyajikan kesenian dari budaya Sunda seperti : Kesenian Kirab Helaran, Kesenian Gotong Gagak, Kesenian Calung, Kesenian Engrang, Kesenian Reog, Kesenian Barongsai dan Kesenian dari Klub Motor.
- Karya Sastra
Di Suku Sunda memiliki beberapa karya sastra yang dalam Bahasa Jawab merupakan salah satu kesenian yang berasal dari kebudayaan Suku Sunda. Berikut ini adalah beberapa daftar untuk mengenali karya sastra yang berasal dari suku sunda :
- Karya Sastra Babad Cerbon
- Karya Sastra Cariosan Prabu Siliwangi
- Karya Sastra Carita Ratu Galuh
- Karya Sastra Carita Purwaka Caruban Nagari
- Karya Sastra Carita Waruga Guru
- Karya Sastra Kitab Waruga Jagat
- Karya Sastra Layang Syekh Gawaran
- Karya Sastra Pustaka Raja Purwa
- Karya Sastra Sajarah Banten
- Karya Sastra Suluk Wuyung Aya
- Karya Sastra Wahosan Tumpawarang
- Karya Sastra Wawacan Angling Darma
- Karya Sastra Wawacan Syekh Baginda Mardan
- Karya Sastra Kitab Pramayoga atau jipta Sara
7. Sistem Kekerabatan
Suku sunda juga memiliki sistem kekerabatan yang sudah memiliki sifat yang parental, yaitu dengan memiliki garis keturunan yang dilihat dari ayah dan ibu secara bersama. Sehingga dalam keluarga sunda ini dimana ayah yang paling memiliki tindakan dan dinyatakan sebagai kepala keluarga. Dimana dalam ikatan kekeluargaan ini memiliki kekuatan yang sangat kuat dan memiliki peranan dalam agama islam yang juga akan mempengaruhi dari adat istiadat suku sunda yang akan memberikan warna kepada seluruh sendi dalam kehidupan kebudayaan di suku sunda. Didalam suku sunda juga sudah dikenal dengan adanya pancakaki.
Pancakaki adalah salah satu istilah yang akan memberikan perwujudan hubungan dengan kekerabatan. Contohnya yaitu :
- Saudara yang memiliki ikatan darah dari atas sampai kebawah dan bersifat vertikal :
- Anak
- Cucu
- Buyut
- Bao
- Canggah Wareng
- Jangga Wareng
- Udeg – Udeg
- Kaitsiwur
- Saudara tetapi tidak sedarah atau berhubungan langsung yang bersifat horizontal :
- Keponakan
- Bibi
- Uwak
- Anak saudari dari keluarga kakek atau nenek
- dll
Sehingga dalam bahasa sunda juga sudah di kenal dengan adanya pula kosa yaitu dengan kata sejarah dan silsilah atau yang sering di sebut dengan silsilah yang memiliki makna sama dengan kosa dengan kata sejarah dalam bahasa indonesia. Mana dalam sejarah yaitu susunan dari garis keturunan yang ada.
8. Senjata Tradisional
Suku Sunda memiliki senjata tradisional khas yang disebut kujang. Kujang memiliki bentuk kecil dan melingkar seperti keris namun tidak berkelok-kelok sebagaimana keris yang dimiliki oleh suku Jawa. Kujang sendiri berasal dari kata “Kudi” dan “Hyang”. Artinya adalah senjata sakti yang berasal dari para dewa. Kujang memiliki beberapa struktur bentuk, yaitu :
- Papatuk (congo), yakni bagian kujang yang runcing. Memiliki fungsi untuk menoreh atau mencungkil.
- Eluk (Siih), lekukan-lekukan gerigi pada bagian punggung kujang sebelah atas, yang fungsinya untuk mencabik-cabik perut musuh.
- Waruga, sebutan bagi bilahan (badan) dari senjata kujang.
- Mata, yakni lubang-lubang kecil yang ada pada bilahan kujang. Pada awalnya, lubang-lubang tersebut tertutup oleh emas atau perak, bisa juga dari permata. Namun kebanyakan kujang ditemui dalam bentuk lubang tanpa penutup. Mata ini menunjukkan lambang status pemakainya. Paling banyak adalah 9 mata dan paling sedikit 1 mata. Namun, ada juga kujang yang disebut “kujang buta”, yakni kujang yang tidak memiliki lubang-lubang mata.
- Tonggong, yakni bagian sisi yang tajam pada bagian punggung kujang. Bisa digunakan untuk mengiris atau mengerat.
- Beuteung, yakni sisi tajam yang berada pada bagian perut kujang. Memiliki guna yang sama dengan tonggong.
- Tadah, yakni lengkung kecil pada bagian bawah perut kujang. Fungsinya untuk menangkis dan memelintir senjata musuh agar terpental dari genggamannya.
- Paksi, yakni bagian ekor kujang yang lancip dan merupakan bagian yang tertancap pada gagang kujang.
- Combong, yakni lubang pada gagang kujang untuk mewadahi paksi.
- Selut, ring yang terdapat pada ujung atas gagang kujang dan difungsikan untuk memperkokoh cengkeraman gagang kujang pada ekor (paksi).
- Ganja (landean), merupakan sebutan bagi gagang atau tangkai kujang yang khas
- Kowak (kopak) merupakan sebutan khas pada sarung kujang.
9. Upacara Perkawinan
Suku Sunda memiliki beberapa prosesi ketika hendak menyelenggarkan upacara adat pernikahan. Dalam tiap prosesinya memiliki nilai budaya dan merupakan cerminan dari filosofis hidup suku Sunda sendiri. Prosesi tersebut adalah :
- Nendeun Omong, yakni prosesi dimana keluarga calon pengantin laki-laki mendatangi keluarga calon pengantin perempuan. Hal ini dimaksudkan untuk menunjukkan keinginan calon pengantin laki-laki dan keluarganya untuk meminang si perempuan.
- Merupakan proses untuk melamar si perempuan. Keluarga laki-laki akan datang dengan membawa seserahan yang disebut pameungkeut, atau pengikat. Pamengkeut ini menunjukkan keseriusan pihak laki-laki untuk memperistri si perempuan.
- Patukeur Beuber Tameuh. Yakni prosesi dimana antara calon pengantin pria dan wanita saling menukar ikat pinggang yang berwarna.
- Pada H-7 atau H-3 akad pernikahan, pihak keluarga pria akan memberikan seperangkat perabot rumah tangga kepada pihak perempuan.
- Ngeuyeuk Seueruh. Prosesi ini bertujuan untuk meminta restu dan nasihat dari para sesepuh. Selain itu terdapat beberapa tradisi dalam ngeyeuk seureuh ini seperti, sawer beras yang menunjukkan lambang hidup sejahtera. Membuka kain putih penutup pangeuyeuk, yang melambangkan keinginan untuk membuka rumah tangga yang suci dan bersih. Membelah jambe atau pinang yang melambangkan agar kedua calon pengantin dapat saling mengasihi dan menyayangi. Lalu diakhiri dengan calon pengantin pria menumbuk alu sebanyak 3 kali.
- Prosesi pernikahan. Dimana dilakukan akad nikah dan beberapa tradisi prosesi pernikahan seperti sungkeman untuk meminta restu kedua orang tua, saweran, dan juga tradisi nincak endog (menginjak telur).(ilmuseni.com)