Medan-Ribuan ikan berbagai jenis diperkirakan mencapai seratusan ton mengapung diatas permukaan air Danau Toba dalam keadaan mati. Puluhan peternak ikan pemilik keramba di perairan Danau Toba dibuat kelimpungan dn diperkirakan mengalami kerugian hingga miliaran rupiah.
Diketahui beberapa minggu belakangan ini air Danau Toba mengalami perubahan warna yang diduga beberapa hal, termasuk perubahan cuaca. Ini kemudian diduga sebagai salah satu pemicu matinya ikan.
Informasi didapat dari sumber menyebutkan kematian ikan Keramba Jala Apung (KJA) terjadi di Pintu Sona Dusun I Kelurahan Pintu Sona, Kecamatan Pangururan, Samosir dengan jumlah kepala keluarga (KK) 18 dengan jumlah total ikan yg mati diperkirakan sebanyak 180 ton yang terdiri dari ikan mas dan ikan nila.
Kepala Bidang Perikanan Dinas Pertanian Kabupaten Samosir, Jhunellis Sinaga menduga kematian mendadak jutaan ekor ikan di Danau Toba akibat perubahan suhu air.
“Ini akibat up welling, dugaan sementara terjadi perubahan suhu. Suhu dari dasar danau naik ke permukaan,” ujar Jhunellis kepada wartawan.
Dikatakannya endapan limbah yang berasal dari berbagai macam kandungan di dasar danau naik ke permukaan. Akibatnya, ikan pun tidak bisa memperoleh oksigen secara maksimal.
“Data sementara 140 petak KJA yang sudah berisi bangkai. Bila ditaksir berat-berat ikan mati tersebut mencapai 180 ton,” kata Jhunellis.
Untuk memastikan penyebabnya, saat ini Dinas Pertanian telah membawa sample berupa ikan, air dan pakan untuk diteliti di laboratorium di Medan untuk memastikan secara ilmiah apa penyebab kematian ikan tersebut.
Akibat kematian ikan tersebut para pemilik keramba jaring apung di Danau Toba Kabupaten Samosir, Sumatera Utara tampak sibuk memindahkan ikan-ikan yang mati dengan jumlah diperkirakan mencapai jutaan ekor. Bahkan, petugas Satpol PP turut membantu dengan mengerahkan alat berat jenis buldoser untuk mengangkat ikan yang mati.
Salah seorang pemilik keramba Roy mengaku, akibat peristiwa itu ia merugi hingga miliaran rupiah. Menurut Roy, sebelum mati, ikan-ikan yang ada di keramba lemas terlebih dahulu dan sebagian berada di dasar jaring.
“Sempat berupaya memberikan oksigen. Tapi, pagi tadi ikan-ikan itu pada mati semua. Ikan yang mati rata-rata tinggal siap panen yang tersisa hanya bibit yang masih kecil. ,” ucap Roy.
Roy menyebutkan, kematian massal ikan di Danau Toba sudah berulang kali terjadi yakni pada 2004, ikan mati massal di kawasan Haranggaol karena virus herves koi. Lalu, pada Mei 2016, lebih dari 1.000 ton ikan mati, tetapi diinformasikan bukan karena penyakit. Pada awal 2017 juga terjadi kematian massal ikan di kawasan Tongging dan Silalahi. (HSP)