Min.co.id, Cirebon: Sebanyak 90 persen ekspor furnitur rotan Indonesia berasal dari Cirebon, Jawa Barat. Namun, kondisi tersebut tidak dibarengi dengan jumlah pengrajin atau karyawan.
Ketua Bidang Mebel Rotan dan Bambu Himpunan Industri Mebel dan Kerajinan Indonesia (HIMKI) Sumarja mengatakan, sejumlah perusahaan furnitur rotan di Cirebon menunda pesanan karena kekurangan pekerja. “Saat ini sulit mencari pekerja untuk menjadi pengrajin rotan,” kata dia di Cirebon, Selasa 31 Oktober 2017.
Menurut Sunarjo, sulitnya mencari pekerja merupakan salah satu imbas kebijakan ekspor bahan baku rotan oleh pemerintah pada 2005. Saat itu, sejumlah perusahaan di Cirebon berhasil mengekspor 3.500 kontainer furnitur rotan setiap bulannya.
Sejak ada kebijakan ekspor bahan baku rotan, jumlah ekspor menurun drastis. “Dari 3.500 kontainer menjadi 600 kontainer setiap bulannya,” kata Sumarja.
Akibat kondisi tersebut, sejumlah pegawai memilih keluar dan mencari pekerjaan baru. Saat pemerintah menghentikan kebijakan ekspor bahan baku rotan, pekerja terlanjur enggan kembali karena sudah nyaman dengan pekerjaan baru mereka.
Saat ini, lanjut Sumarja, perusahaan furnitur rotan di Cirebon mampu mengekspor hingga 1.700 kontainer setiap bulannya. “Untuk satu kontainer, kita membutuhkan sekitar 60 hingga 70 pekerja,” lanjutnya.
Guna mengatasi kekurangan peketja, sejumlah perusahaan terpaksa membuat pelatihan bagi masyarakat di luar Cirebon. Pelatihan tersebut diharapkan dapat menarik pekerja baru untuk terlibat.
“Namun, hasilnya juga belum maksimal,” tutup Sumarja.
sumber:MTVN