Menurut ayah tiga anak ini, banyak atlet Indonesia yang tidak bisa hidup sejahtera setelah pensiun, meskipun mereka pernah mengharumkan nama bangsa di kancah internasional.Hal ini, kata dia, karena kurangnya rencana jangka panjang para atlet dan minimnya perhatian pemerintah setelah atlet tak lagi berprestasi.
“Waktu jadi atlet, kan kita bisa masuk ke siapa saja. Saya kenal banyak orang. Lalu pada 1991, saya ditawari sahabat untuk kerja jadi satpam. Saya ambil, karena waktu itu gaji atlet kan sedikit,” ucap dia.
Sembari menjalani tugasnya sebagai penjaga keamanan, Hengky saat itu tetap menjalani profesinya sebagai atlet, dan masih berprestasi.
“Saya beruntung diberkati Tuhan, meski udah karja, saya bisa juara di SEA Games tahun 1993, 1995, dan 1997. Setelah itu, pensiun dan sekarang saya sudah jadi Chief Security (Manager Satpam) di perumahan,” lanjut dia.
Hengky menuturkan, atlet zaman dulu memiliki jiwa nasionalisme tinggi.”Kalau sudah pakai Bendera Merah Putih, rasanya kita udah gagah banget. Enggak mikir apa-apa, yang penting ada bendera di baju,” ucap dia.
Karena itu, atlet zaman dulu, ujar dia, tak mau berpinda-pindah untuk mencari tawaran yang lebih tinggi, meskipun gaji yang mereka peroleh kecil dan dengan peralatan seadanya.
“Dahulu kita bisa menorehkan prestasi, meski gaji dan peralatan cuma seadanya,” ucap Hengky, yang mengaku mendapat gaji pertama sebagai atlet Rp 15 ribu per 8 jam pada 1983 lalu.
Hengky kini bersyukur melihat kehidupan atlet yang lebih baik dibanding zaman dia.
“Sekarang perhatian pemerintah sudah semakin baik. Atlet masih bisa berkarier di PNS atau TNI dan Polri,” ucap dia.
Dengan perhatian yang sudah lebih baik ini, Hengky berpesan kepada atlet-atlet sekarang agar lebih fokus berjuang. Apalagi, Indonesia akan menjadi tuan rumah pesta olahraga SEA Games pada 18 Agustus-2 September 2018.
sumber :metrotvnews