Si Pelukis Realis dari Desa Sukasari

Min.co.id – Indramayu – Ketertarikannya di dunia seni muncul sejak duduk bangku sekolah dasar. Pernah menjuarai lomba lukis kaligrafi tingkat kabupaten saat menjadi santri di Al Mu’minin. Hingga akhirnya jatuh cinta dengan lukis realis.

Sebelum mendalami lukis realis, Komarudin (22), pria asal Desa Sukasari Kecamatan Arahan mulai belajar melukis wajah sejak SMA. Kala itu, lukisan wajah yang ia buat masih seperti kartun belum begitu realis.

“Tahun 2015, saya mulai lancar melukis realis. Sebelumnya setiap melukis wajah, pasti lebih mirip kartun. Sulit sekali untuk bisa bikin realis,” ucap Komarudin, Selasa (16/2/2021).

Meski kesulitan, Komarudin merasa tertantang untuk bisa melukis realis. Baginya ada kepuasan tersendiri saat berhasil melukis realis.

Menurut Komarudin, kesulitan untuk membuat lukisan realis adalah saat menggambar hidung dan rambut. Sementara untuk bagian lainnya tinggal menyesuaikan objek.

Saat ini, Komarudin juga membuka jasa lukis realis. Permintaan lukis realis paling jauh ia terima dari Kalimantan. Seringnya permintaan datang dari orang-orang Indramayu.

“Waktu itu, pernah kirim sampai Kalimantan. Bikin lukisan realis dari foto KTP dan itu juga beberapa bagian wajahnya sudah tidak jelas. Sementara tidak ada foto lain selain dari KTP itu. Kalau kata pemesannya, dia sudah minta ke beberapa seniman untuk melukis, tapi enggak ada yang mirip. Baru dengan saya bisa mirip,” ungkap Komarudin yang saat ini menjabat sebagai wakil ketua Komunitas Sketser Indramayu.

Dalam sebulan, Komarudin bisa mendapatkan pesanan melukis sampai sepuluh lukisan. Media lukis yang ia gunakan biasanya pensil hb-8b, kertas, maupun cat. Tergantung pesanan dari pembeli.

“Satu lukisan realis paling cepat selesai sekitar tiga hari. Itu kalau untuk pesanan. Sedangkan saat membuat lukisan realis murni untuk karya bisa lebih dari tiga hari. Sementara kalau buat sketsa dalam hitungan menit juga sudah selesai,” ujar Komarudin.

Komarudin menambahkan, bahwa dirinya masih sebatas melukis realis biasa dan belum dapat karakter yang pas sesuai dengan diri sendiri. Untuk itu, dirinya sampai sekarang masih fokus untuk membangun karakter lukisnya.

Di samping itu, dengan kecanggihan teknologi, sempat membuat Komarudin minder. Khawatir seni lukis bakal tersaingi. Namun, ia menegaskan bahwa, secanggih apapun teknologi tetap saja hasilnya tidak ada rasa. Apa yang ingin disampaikan tidak muncul karena tidak ada ruh dari karya seninya. (iim)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *