Dalam acara Penutupan Perdagangan Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2024, Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal, Keuangan Derivatif, dan Bursa Karbon OJK, Inarno Djajadi, menyampaikan optimisme dan apresiasi atas pencapaian tahun ini.
“Pasar modal Indonesia berhasil menghadapi tantangan global dan domestik dengan mencatatkan berbagai prestasi. Hal ini menunjukkan komitmen kuat kita semua dalam mendukung ekosistem keuangan yang sehat, stabil, dan berkelanjutan,” ujar Inarno.
Capaian Utama Pasar Modal 2024
Pasar modal Indonesia mencatat beberapa milestone penting, di antaranya:
- Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG): Ditutup pada level 7.036,57, meski melemah 3,25% (ytd), kapitalisasi pasar tetap tumbuh sebesar 5,05% menjadi Rp12,2 ribu triliun.
- Pasar Surat Utang: Indeks ICBI naik 4,74% (ytd) ke level 392,36.
- Penghimpunan Dana: Sebanyak 187 penawaran umum, termasuk 35 emiten baru, mengumpulkan dana Rp251,04 triliun, melampaui target Rp200 triliun.
- Pasar Modal Syariah: Kapitalisasi pasar mencapai Rp6.759,54 triliun, tumbuh 9,98%, dengan Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI) naik 0,57%.
- Transaksi Karbon: Total volume transaksi mencapai 908 ribu ton CO2 ekuivalen, dengan nilai akumulasi Rp50,64 miliar.
Generasi Muda Mendominasi Investor
Jumlah investor terus bertambah, mencatat rekor 14,81 juta Single Investor Identification (SID) hingga akhir 2024, dengan generasi muda di bawah usia 40 tahun mendominasi lebih dari 79%. Data ini menunjukkan potensi besar generasi muda dalam mendorong pertumbuhan pasar modal di masa depan.
Kebijakan Strategis untuk Memperkuat Pasar Modal
OJK mengeluarkan sejumlah kebijakan penting pada 2024, seperti:
- POJK No. 4/2024: Meningkatkan keterbukaan informasi oleh pemegang saham tertentu.
- POJK No. 6/2024: Meningkatkan likuiditas melalui pembiayaan transaksi margin dan short selling.
- POJK No. 10/2024: Mempermudah penerbitan obligasi dan sukuk daerah.
- POJK No. 18/2024: Penyedia likuiditas untuk meningkatkan transaksi di pasar modal.
Selain itu, BEI juga meluncurkan produk derivatif baru, termasuk Kontrak Berjangka Saham (SSF) dan Kontrak Berjangka Indeks Asing (KBIA), yang diharapkan meningkatkan variasi investasi dan likuiditas pasar.
Menatap 2025: Ekosistem Pasar Modal yang Berkelanjutan
Inarno menegaskan, tahun 2025 akan membawa tantangan baru yang lebih dinamis. OJK telah merancang berbagai program strategis untuk memperkuat ekosistem pasar modal, meningkatkan inklusi keuangan, dan mendukung pembangunan ekonomi rendah karbon.
“Dengan sinergi yang terus terjaga, kita optimistis dapat menjadikan pasar modal Indonesia sebagai fondasi kokoh menuju Indonesia Emas 2045,” tutupnya.
Pasar Modal Indonesia menatap tahun 2025 dengan keyakinan akan capaian yang lebih besar. Mari terus bersinergi dan membangun ekonomi nasional yang tangguh dan inklusif!(*)
Editor : achmad