JAKARTA | Selama lebih dari 150 tahun, rel-rel kereta di Jakarta bukan sekadar jalur besi, melainkan nadi yang menjaga ritme kehidupan kota. Dari masa kolonial hingga era digital, perkeretaapian berkembang bersama denyut perubahan zaman. Semua bermula pada 1871, saat Stasiun Batavia Noord mulai menghubungkan Batavia dengan Buitenzorg rute yang kelak menjadi fondasi mobilitas urban Jabodetabek.
Dari perjalanan panjang itulah lahir ikon yang kini akrab di hati warga: Stasiun Jakarta Kota, atau Beos, yang resmi berdiri pada 8 Oktober 1929. Karya arsitek A.W. Ghijsels ini bukan hanya bangunan, tetapi penanda era. Dengan gaya Art Deco yang elegan, ia menggantikan Batavia Noord dan mengawal pergerakan kota selama hampir satu abad.
Kini, meski usianya tak lagi muda, perannya justru semakin kokoh. Setiap bulan, rata-rata 671 ribu pelanggan keluar-masuk stasiun ini melalui 374 perjalanan KRL harian. Terletak di jantung Kota Tua, Jakarta Kota menjadi simpul yang mempertemukan pelajar, pekerja, wisatawan, hingga pedagang sebuah pusat mobilitas yang terus hidup dari pagi hingga malam.
“Stasiun Jakarta Kota bukan hanya ruang transit, tapi pintu gerbang wisata dan perdagangan,” ujar VP Public Relations KAI, Anne Purba, dalam keterangan resmi PT KAI, Senin (15/9/2025).
Demi menyesuaikan diri dengan kebutuhan kota modern, stasiun ini dibekali berbagai fasilitas kekinian: eskalator, lift, ruang menyusui, toilet ramah disabilitas, ruang tunggu ber-AC, jalur landai, hingga layar informasi digital. Keamanan diperkuat lewat CCTV dan petugas siaga 24 jam, sementara integrasi transportasi hadir melalui TransJakarta, mikrotrans, bajaj, dan layanan transportasi daring.
Tak berhenti di sana, KAI dan pemerintah tengah mendorong revitalisasi kawasan Kota Tua. Tujuannya bukan sekadar mempercantik, melainkan menghidupkan kembali ruang bersejarah dengan sentuhan modern menjadikannya area yang lebih hijau, ramah pejalan kaki, dan terintegrasi.
Pembaruan juga merambah layanan digital. Melalui aplikasi Access by KAI, masyarakat kini dapat membeli tiket, memantau jadwal real-time, memilih kursi, hingga menikmati promo tanpa antre dan tanpa repot.
“Stasiun Jakarta Kota mengingatkan kita bahwa sejarah dan masa depan bisa bertemu dalam satu perjalanan,” tutup Anne.
Di antara hiruk pikuk kota yang terus berubah, Beos tetap berdiri tegak menjadi saksi bahwa mobilitas, sejarah, dan inovasi dapat beriringan di satu titik yang sama. (*)
Sumber : ind.go.id Editor : Redaksi Min.co.id
