Min.co.id ~ Mojokerto ~ Di balik pekat kabut yang menyelimuti lereng Pacet, Kabupaten Mojokerto, suara sekop dan cangkul terdengar beradu dengan kerasnya bebatuan. Hari itu, Kamis (3/4/2025), bukan pagi yang biasa bagi warga Desa Pacet. Tanah longsor yang terjadi di jalur Pacet Cangar bukan hanya merenggut akses jalan, tetapi juga mengguncang rasa aman warga yang tinggal di kaki gunung.
Namun dari reruntuhan tanah dan batu yang berserakan, muncul harapan dalam balutan loreng: TNI datang tak hanya membawa kekuatan, tapi juga hati.
Mayor Inf Suwandi, Wakil Komandan Kodim 0815 Mojokerto, memimpin langsung jalannya evakuasi. Dengan kaki terbenam di lumpur dan peluh menetes tanpa jeda, ia berdiri tak hanya sebagai komandan, tapi sebagai penggugah semangat para prajurit dan relawan yang bekerja bahu-membahu.
“Kami di sini bukan sekadar menjalankan tugas, tetapi juga menjalankan amanah nurani sebagai tentara rakyat,” ucap Mayor Suwandi, dengan suara parau yang penuh keteguhan.
Tak hanya menyelamatkan korban yang tertimbun, para prajurit dan relawan juga membersihkan jalan, membuka jalur yang sempat lumpuh total. Jalur Pacet Cangar yang biasanya ramai oleh wisatawan dan pengendara, kini hanya dipenuhi oleh perjuangan dan doa.
Kehadiran prajurit TNI menjadi jawaban nyata dari panggilan negara terhadap penderitaan warganya. Dalam suasana darurat, solidaritas lebih kuat daripada sekat jabatan. Seragam loreng berdampingan dengan rompi relawan, menyusun batu demi batu, membersihkan jalan dengan tangan dan ketulusan.
Brigjen TNI Kristomei Sianturi, Kepala Pusat Penerangan TNI, menegaskan bahwa keterlibatan TNI dalam setiap bencana adalah cerminan dari amanat undang-undang dan amanah sejarah.
“TNI akan selalu siap digerakkan kapan pun dan di mana pun rakyat membutuhkan bantuan. Dalam situasi darurat seperti ini, kecepatan, ketulusan, dan keikhlasan prajurit menjadi kunci utama,” tegas Brigjen Kristomei dalam rilis tertulisnya.
Tanah yang longsor, jalan yang terputus, rumah yang porak-poranda semuanya bisa saja mematahkan semangat. Tapi semangat itu kembali tumbuh, disiram oleh air mata dan dibalut keberanian. Mereka yang datang bukan sekadar menolong, tapi menguatkan.
Longsor di Pacet mungkin akan tercatat sebagai bencana, tapi cara kita menanggapinya akan tercatat sebagai pelajaran: bahwa di negeri ini, ketika tanah runtuh hati rakyat dan tentara saling menopang.(*)
Editor : Achmad
