Ridwan Kamil: Seni Bandung Harus Terus Berlanjut

Min.co.id,Bandung.- Wali Kota Bandung Ridwan Kamil berpesan, ajang “Seni Bandung” mesti berlanjut dan menjadi bagian tradisi. Menonton pementasan seni merupakan jeda pikiran, bagian dari cara menetralisasi kepenatan yang timbul dari rutinitas mencari penghasilan.

“Memforsir diri menjalani rutinitas berdampak kurang baik. Warga Bandung perlu menyempatkan waktu mengambil jeda fisik, maupun pikiran,” tutur Ridwan Kamil saat menyampaikan sambutan penutupan rangkaian festival “Seni Bandung #1: A Collaborative Arts Event” di Cikapundung Riverspot, Jalan Ir. Soekarno, Kota Bandung, Rabu, 25 Oktober 2017 malam.

Sebagai upaya memfasilitasi jeda fisik, Ridwan Kamil menyebutkan, Pemkot Bandung menyediakan deretan taman tematik. Sementara itu, untuk jeda pikiran, gelaran festival merupakan kemasan yang tepat karena menyuguhkan pementasan seni di ruang publik.

Harapannya, masyarakat Bandung kerasan dengan suasana kota yang menjadi tempat tinggalnya, kemudian meningkatkan taraf kebahagian.

Ridwan Kamil menyebutkan, rentetan pementasan seni dalam kemasan festival menghantarkan iklim penuh kreativitas, memompa para seniman untuk menghasilkan karya terbaik. Hal itu memunculkan pengaruh positif, memicu masyarakat agar lebih menjunjung budaya, serta mengasah budi. Lantaran demikian, peradaban Bandung bakal kian bewarna jika ajang festival berlangsung secara konstan.

“Dalam pelaksaannya tentu bukan perkara mudah. Persoalan pencairan anggaran selama edisi pertama menjadi gambaran. Akan tetapi, hal itu terjadi karena Pemkot Bandung mesti menjalankan amanat peraturan, tidak seperti event organizer (swasta) yang bisa segera melakukan pelunasan di muka,” ucap Ridwan Kamil.

Menjelang bagian akhir sambutan, dia berbicara dengan menampakkan ekspresi haru, tampak dari matanya yang berkaca-kaca. Dia menitipkan amanat kepada siapapun Wali Kota Bandung berikutnya agar meneruskan fondasi berbagai aspek program pemerintahan, termasuk gelaran festival.

Direktur Artistik Festival Heru Hikayat mengumumkan, tema untuk gelaran serupa tahun depan yakni “Menjadi Manusia”. Pihaknya berkomitmen menuangkan tampilan lebih baik dengan perbaikan pada sejumlah sektor, di antaranya koordinasi, manajerial, metodologi riset, serta urusan kuratorial.

Perihal pelaksanaan festival edisi pertama, hanya sedikit kegiatan yang batal, di bawah lima persen dari jadwal susunan keseluruhan. Namun, hal itu tergantikan dengan penambahan kegiatan spontan, seperti “Halte Sastra” garapan Komunitas Rindu Menanti.

Sementara itu, Direktur Eksekutif Festival Iman Soleh menyebutkan, esensi kesenian memancarkan semangat kebersamaan. Tampilan seni bertujuan mumupuk sikap saling menghayati, dan toleransi di kalangan masyarakat.

“Seni merupakan positif penawar dari kondisi sosial terkini, marak terjadi tindakan saling menghujat,” tutur Iman.

Pertunjukan wayang golek dari Mekar Arum 2 Giri Harja dengan dalang Opick Sunandar Sunarya menjadi suguhan pamungkas rangkaian festival. Sebelum itu, tersuguh penampilan Jon Pasisian, duo Anjuan Julio-Jason Limanjaya yang mewakili komunitas Jazz, dan tarawangsa Cibangkong.

Konsep musikalitas unik tampak pada penampilan Jon Pasisian. Kimung (karinding, genggong), dan Teguh Permana (tarawangsa) memainkan waditra buhun dengan mengoperasikan perangkat digital, memunculkan kemasaran aransemen penuh distorsi, serta memuat pola irama repetitif yang membentuk efek ambient.

sumber: PR

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *