Min.co.id ~ Indramayu ~ Tragedi memilukan menimpa keluarga M. Nurrhokim, seorang wiraswasta asal Desa Pangauban, Indramayu. Putra kesayangannya, Mohamad Ulil Amsor Ubaidillah (9), yang duduk di kelas 3 SDN 1 Pangauban, meninggal dunia setelah diduga menjadi korban bullying dan pemalakan yang terjadi di sekolahnya.
Kematian Ubay, sapaan akrabnya, menyisakan banyak pertanyaan dan kecurigaan, terutama setelah keluarga mengungkapkan bahwa kondisi kesehatan Ubay memburuk secara drastis setelah mengalami tekanan psikologis akibat perlakuan teman-teman sekelasnya.
Menurut ayahnya, Nurrhokim, Ubay sempat mengeluhkan sakit kepala parah dan gangguan mental yang membuatnya tidak bisa beraktivitas normal. Ia juga sering mengungkapkan keinginan untuk pindah sekolah karena merasa tidak nyaman dengan teman-temannya.
“Saya tidak menyangka ini bisa terjadi. Anak saya sudah mengatakan ingin pindah sekolah, tapi kami tidak menyadari betapa seriusnya masalah ini,” ungkap Nurrhokim dengan mata penuh air mata.
Setelah kondisinya semakin memburuk, Ubay dibawa ke beberapa klinik dan rumah sakit, namun sayangnya nyawanya tak tertolong. Laporan teman-teman Ubay mengungkapkan adanya praktik pemalakan oleh beberapa siswa kelas 6 yang sempat membuat Ubay tertekan. Bahkan, Ubay sempat meminta untuk dipindahkan ke sekolah lain. Namun, menurut keterangan pihak sekolah, mereka mengaku terkejut dengan kematian mendadak itu dan belum menerima laporan formal tentang kasus bullying yang menyebabkan hal tersebut.
Kepala Sekolah SDN 1 Pangauban, Winata, mengatakan, “Kami tidak tahu pasti apakah ini ada hubungannya dengan bullying. Kami baru mendapat kabar ini malam sebelumnya dan langsung melakukan penyelidikan.”
Sementara itu, salah satu penjaga sekolah, Iman, mengungkapkan bahwa pemalakan antar siswa di sekolah tersebut bukanlah hal baru. “Sudah sering ada masalah pemalakan di kalangan siswa, tapi tidak ada yang sampai berujung pada kekerasan fisik serius,” ujar Iman.
Meski begitu, tragedi ini tetap membuka mata banyak pihak, bahwa bullying, meski sering dianggap sepele, bisa membawa dampak yang fatal bagi psikologis anak-anak. Kematian Ubay menjadi peringatan keras untuk semua pihak, terutama sekolah, agar lebih tegas dalam menangani perundungan yang terjadi di dalam lingkungan pendidikan.
Kini, keluarga almarhum berharap pihak berwajib mengusut tuntas kejadian ini, dan memastikan tidak ada lagi korban lain yang harus jatuh akibat tindakan kekerasan dan bullying di sekolah. Mereka juga menuntut pihak sekolah untuk bertanggung jawab dan lebih peduli terhadap kesehatan mental dan kesejahteraan siswa.(*edi)
Editor : Achmad
