Min.co.id ~ Jakarta ~ Di tengah hiruk-pikuk zaman modern, permainan tradisional patok lele masih menyimpan pesona tersendiri sebagai warisan budaya yang sarat nilai-nilai kebersamaan. Permainan ini, yang telah mengakar kuat di berbagai daerah di Indonesia, menjadi bukti nyata bagaimana generasi terdahulu menciptakan hiburan yang sederhana namun penuh makna.
Patok lele dimainkan menggunakan dua potong kayu: kayu pemukul sepanjang 30 cm dan kayu anak patok lele yang lebih kecil, berukuran 15 cm. Permainan ini dimulai dengan sebuah tim memukul anak patok lele, yang sebelumnya diletakkan melintang di atas lubang atau susunan kayu. Pukulan ini menjadi tantangan tersendiri karena melibatkan teknik mencungkil dan memukul untuk mengarahkan kayu ke tim lawan.
Setiap kali anak patok lele tidak berhasil ditangkap oleh tim penjaga, tim pemukul memperoleh poin. Jarak antara tempat jatuhnya kayu dengan titik pukul menjadi penentu nilai, membuat permainan ini bukan sekadar adu ketangkasan, tetapi juga strategi dan perhitungan.
Tidak hanya sekadar hiburan, patok lele mengajarkan banyak nilai positif. Kekompakan antar anggota tim, ketepatan dalam bertindak, hingga sportivitas dalam menerima hasil akhir menjadi pelajaran yang secara alami tertanam dalam setiap sesi permainan. Selain itu, permainan ini juga menjadi ajang melatih insting dan koordinasi fisik, menjadikannya aktivitas yang menyenangkan sekaligus bermanfaat.
Uniknya, patok lele sering kali diakhiri dengan hukuman seru bagi pemain yang kurang berhasil, seperti harus menggendong lawan yang menang. Elemen ini semakin mempererat hubungan antar pemain, menciptakan tawa dan kenangan indah.
Patok lele bukan sekadar permainan; ia adalah cerita tentang kebersamaan dan kearifan lokal yang patut dilestarikan. Di tengah era digital, permainan tradisional ini menjadi pengingat akan pentingnya menjaga tradisi dan nilai-nilai luhur bangsa.(*)
Editor : Achmad