Grebeg Sadranan Cepogo: Gunungan Syukur Mengalir dari Lereng Merapi

BOYOLALI| Angin sejuk dari lereng Gunung Merapi menyambut ribuan langkah warga yang memadati Alun-Alun Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali. Berbalut busana adat Jawa, mereka datang membawa tenongan wadah bambu berisi aneka makanan serta gunungan hasil bumi sebagai simbol rasa syukur dan harapan akan kemakmuran.

Tradisi Grebeg Sadranan tahun ini tak hanya diikuti warga lokal. Masyarakat dari Kartasura, Solo, hingga Yogyakarta turut larut dalam perayaan sakral yang telah diwariskan sejak abad ke-15 itu. Sadranan menjadi penanda datangnya bulan Ruwah, momentum spiritual bagi masyarakat Jawa sebelum memasuki bulan suci Ramadan.

Perayaan diawali dengan kirab budaya yang berlangsung khidmat. Warga dari 15 desa di Kecamatan Cepogo mengarak gunungan berisi apem, sagon, jenang, jadah, serta beragam hasil bumi. Tumpeng lengkap dengan ingkung ayam turut dibawa, melambangkan doa keselamatan dan limpahan rezeki.

Kirab bergerak dari rumah Kepala Desa Mliwis menuju Alun-Alun Pancasila Cepogo. Sepanjang perjalanan, suasana penuh kebersamaan terasa kental. Setibanya di alun-alun, gunungan dan tenongan ditata rapi untuk prosesi doa bersama.

Ketua Panitia Grebeg Sadranan, Mawardi, menegaskan bahwa tradisi ini bukan sekadar perayaan budaya, melainkan sarana spiritual dan sosial bagi masyarakat.

“Grebeg Sadranan adalah wujud rasa syukur kepada Allah SWT sekaligus doa agar Cepogo senantiasa makmur, adil, dan sejahtera. Ini juga ajang silaturahmi, termasuk bagi para perantau yang sengaja pulang,” ujarnya.

Usai doa bersama, warga dipersilakan menikmati hidangan dalam tenongan. Suasana pun berubah hangat dan akrab. Sajian dibagi tanpa sekat, mencerminkan semangat gotong royong yang masih terjaga kuat di tengah masyarakat.

Sekretaris Daerah Kabupaten Boyolali, Wiwis Trisiwi Handayani, mengapresiasi antusiasme warga. “Ini luar biasa. Grebeg Sadranan digelar murni dari gotong royong 15 desa tanpa dana pemerintah. Tradisi ini akan kami dorong menjadi agenda tahunan Kabupaten Boyolali,” katanya.

Grebeg Sadranan Cepogo bukan sekadar warisan budaya, tetapi juga jembatan spiritual yang menyatukan generasi, menghubungkan manusia dengan alam dan Sang Pencipta. Seperti gunungan yang diperebutkan dan dibagikan, berkah dari tradisi ini terus mengalir membawa harapan bagi masa depan yang lebih cerah. (*)

Komentar

News Feed