KEDIRI | Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII) Kota Kediri membekali sekitar 500 santri dan santriwati Pondok Pesantren (Ponpes) Wali Barokah dengan keterampilan penanganan kegawatdaruratan melalui Seminar Basic Life Support (BLS), Selasa (16/12/2025), di Gedung DMC, Ponpes Wali Barokah Kota Kediri.
Kegiatan ini bertujuan meningkatkan kesiapsiagaan santri dalam menghadapi kondisi darurat yang mengancam keselamatan jiwa, sekaligus memperkuat pelaksanaan program DPP LDII yakni 8 Bidang Pengabdian LDII untuk bangsa, khususnya bidang kesehatan.
Seminar BLS tersebut merupakan bagian dari rangkaian Road to Musyawarah Daerah (Musda) VII LDII Kota Kediri yang akan digelar pada Rabu, 17 Desember 2025, dan direncanakan dibuka langsung oleh Wali Kota Kediri.
Ketua LDII Kota Kediri menegaskan pentingnya penguasaan BLS bagi seluruh lapisan masyarakat, termasuk para santri. Menurutnya, pengetahuan tentang langkah awal penanganan darurat sangat dibutuhkan karena kejadian kegawatdaruratan dapat terjadi kapan saja dan di mana saja.
“Santri perlu memiliki kesadaran, keberanian, dan kemampuan dasar untuk melakukan pertolongan pertama saat menghadapi kondisi darurat yang berkaitan dengan keselamatan jiwa,” ujarnya.
Untuk memperkuat materi, LDII menghadirkan narasumber dari berbagai instansi kesehatan, antara lain Emi Widiastuti selaku Kasi Promosi Kesehatan Dinas Kesehatan Kota Kediri, Aris Andrianto selaku koordinator layanan kesehatan 112 Dinas Kesehatan Kota Kediri, serta dr. Herris Setiawan Kusumaningrat dari Balai Besar Kekarantinaan Kesehatan Surabaya sekaligus penanggung jawab kesehatan di Bandara Juanda,
Emi Widiastuti menyampaikan bahwa selain materi BLS, peserta juga dibekali edukasi Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (Germas) dengan penekanan pada upaya promotif dan preventif. Ia menilai pondok pesantren memiliki peran strategis dalam menyebarkan edukasi kesehatan kepada masyarakat.
“Upaya preventif perlu diutamakan untuk menekan risiko penyakit dan biaya kesehatan, karena penanganan kuratif sudah memiliki jalur tersendiri,” jelasnya.
Sementara itu, dr. Herri Setiawan Kusumaningrat menambahkan bahwa pelatihan BLS penting sebagai penyegaran, mengingat kegiatan serupa juga pernah dilaksanakan sebelumnya. Ia menyebut santri Pondok Pesantren Wali Barokah ke depan akan menjadi mubalig dan mubaligah yang ditugaskan ke berbagai daerah di Indonesia.
“Mereka diharapkan tidak hanya menyampaikan dakwah, tetapi juga memiliki kompetensi dasar di bidang kesehatan, termasuk kemampuan melakukan basic life support,” ujarnya.
Pada kesempatan yang sama, Koordinator Layanan Gawat Darurat Medis 119 Dinas Kesehatan Kota Kediri, Aris Andrianto, menjelaskan bahwa layanan tersebut membutuhkan respons cepat dan dukungan relawan di lapangan sebelum tenaga medis tiba.
Ia juga menekankan pentingnya respons cepat dalam penanganan kegawatdaruratan yang dikaitkan dengan layanan gawat darurat 112 di Kota Kediri.
“Melalui pelatihan BLS ini, kami berharap ada relawan yang mampu melakukan penanganan dasar pada kasus kegawatdaruratan, seperti serangan jantung atau orang pingsan, sehingga golden period penanganan tidak terlewat,” kata Aris.
Ia menambahkan, penanganan awal yang tepat sangat menentukan keselamatan pasien.
“Setelah mendapatkan pertolongan dasar yang benar, pasien diharapkan dapat segera dirujuk ke rumah sakit sehingga peluang keselamatan dan kesembuhan dapat meningkat,” tutupnya. (Chandra)







Komentar