Women Care 2025: Saat UNTAG Surabaya dan DSI Bangun Benteng Digital Sehat untuk Perempuan

SURABAYA | Di tengah derasnya arus digital dan meningkatnya tekanan psikologis dari media sosial, Universitas 17 Agustus 1945 (UNTAG) Surabaya bersama Data Science Indonesia (DSI) East Java Chapter menghadirkan ruang aman dan edukatif bagi perempuan melalui seminar Women Care 2025, Sabtu (6/12/2025).

Bertempat di Auditorium Lantai 6 UNTAG Surabaya, kegiatan ini tidak hanya memperingati Hari Ibu, tetapi juga menawarkan bekal berharga: literasi digital yang mindful dan kesehatan mental yang terjaga.

Mengusung tema “Mindful and Meaningful: Nurturing Wellbeing in the Digital Era”, seminar ini diikuti sekitar 70 peserta  mulai dari mahasiswa, karyawan industri kreatif, hingga profesional lintas bidang yang ingin memahami hubungan rumit antara media sosial, data, dan kondisi mental.

Women Care 2025 dirancang sebagai wadah kolaboratif yang mempertemukan perspektif peneliti, psikolog, konselor, pemerintah, HR, hingga pakar data. Tujuannya jelas: memberdayakan perempuan agar mampu memanfaatkan teknologi secara cerdas, kritis, dan sehat  tanpa kehilangan kesejahteraan mental di tengah kompleksitas era digital.

Salah satu sesi paling relevan datang dari Pemerintah Provinsi Jawa Timur. Mewakili Kepala Dinas Kominfo Jatim, Kabid Data dan Statistik Imam Fahamsyah menegaskan bahwa Pemprov Jatim berkomitmen menjaga ruang digital tetap aman dan inklusif, terutama bagi perempuan yang paling rentan dalam berbagai serangan digital.

Imam mengungkapkan bahwa Jawa Timur menghadapi meningkatnya risiko hoaks, penipuan digital, hingga kekerasan berbasis gender online. Karena itu, literasi digital tidak boleh hanya menjadi wacana  melainkan kebutuhan mendesak.

“Pemprov Jatim terus memperluas akses internet, memperkuat keamanan siber melalui program JAGUAR, serta menggerakkan literasi digital melalui CERDIG dan berbagai pelatihan keamanan digital,” ujar Imam dalam paparannya.

Ia menekankan bahwa perempuan sering menjadi sasaran empuk penipuan daring dan kekerasan siber, sehingga mereka membutuhkan perlindungan dan penguatan kapasitas digital secara khusus.

Imam turut mengapresiasi terselenggaranya Women Care 2025 karena berhasil mempertemukan tiga kekuatan strategis: akademisi, pemerintah, dan komunitas data. Menurutnya, kolaborasi ini mampu mendorong terciptanya ruang digital yang lebih aman, sehat, dan memberdayakan.

Dengan semangat Hari Ibu, Women Care 2025 bukan sekadar seminar  melainkan momentum penting bagi perempuan untuk lebih siap menghadapi ancaman digital sekaligus menjaga kesejahteraan mental mereka di tengah hiruk pikuk media sosial.

Di era ketika layar begitu dekat, namun ancaman digital lebih dekat lagi, kegiatan ini menjadi pengingat bahwa literasi dan kesehatan mental adalah dua sayap yang harus dijaga bersama untuk memastikan perempuan tetap kuat, cerdas, dan berdaya.(*)

Komentar

News Feed