JAKARTA | Dunia pendidikan kembali bergerak dinamis. Di tengah derasnya arus teknologi, Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen) bersama Dinas Pendidikan DKI Jakarta membawa kabar baru ke sekolah-sekolah super aplikasi Rumah Pendidikan, sebuah “rumah digital” tempat guru dan murid bertemu dalam pengalaman belajar yang lebih interaktif.
Semua itu dikemas dalam Program Sapa Sekolah, yang kali ini berlangsung di SMPN 95 Jakarta Utara, Jumat (21/11).
Kegiatan yang dihadiri perwakilan guru dari Jakarta Utara hingga Kepulauan Seribu ini menjadi wadah berbagi pengetahuan, sekaligus cara pemerintah “menjemput bola” agar teknologi pendidikan benar-benar digunakan secara maksimal di satuan pendidikan.
Ketua Pokja Jejaring dan Kemitraan Pusdatin Kemendikdasmen, Tuti Alawiyah, menjadi salah satu narasumber utama dalam kegiatan tersebut. Ia menjelaskan bahwa Rumah Pendidikan terdiri atas Ruang GTK dan Ruang Murid, dua layanan digital yang ditujukan untuk memperkaya pengalaman belajar.
“Kami ingin guru dan murid memegang langsung aplikasinya, mencoba, merasakan, lalu mengimbaskan pengetahuannya kepada guru lain di sekolah masing-masing,” tuturnya.
Tuti menambahkan bahwa Kemendikdasmen saat ini tengah memperkuat ekosistem konten, termasuk menggandeng guru kreator dari berbagai daerah, serta memprioritaskan pengembangan konten kejuruan bagi SMK.
Kepala Subbag Tata Usaha Sudin Pendidikan Wilayah I Jakarta Utara, Is Budiana, menyoroti perubahan karakter peserta didik masa kini.
“Anak-anak kita bukan lagi pengguna baru, mereka digital native. Maka guru bukan cukup ‘bisa teknologi’, tapi harus mampu menjadikannya bahan bakar pembelajaran yang menyenangkan dan memerdekakan,” ujarnya menekankan.
Ia juga mengingatkan tantangan khas perkotaan: mobilitas tinggi, budaya digital yang cepat, hingga kerentanan sosial. Guru, katanya, harus menjadi agen perubahan dan menempatkan kebutuhan murid sebagai pusat pembelajaran.
Kepala SMPN 95 Jakarta, Pramono, menyebut Rumah Pendidikan sebagai jawaban atas kebutuhan pembelajaran era sekarang.
“Yang penting adalah praktiknya. Bagaimana guru-guru menularkan dan memastikan aplikasi ini hidup di kelas,” ujarnya.
Sesi berbagi turut diisi Dwi Prasetya, guru dari SDN Pondok Labu 03 Jakarta, yang membuktikan manfaat nyata Ruang Murid.
Lewat konten kurasi, video pembelajaran, permainan edukasi, hingga artikel, Dwi menyampaikan bahwa murid lebih mudah memahami materi dan lebih semangat belajar.
“Dengan satu akses, anak-anak bisa bereksplorasi dan menemukan joyful learning,” ujarnya.
Tak hanya guru, murid juga mengungkapkan kesan mereka. Kenes Arindya Pratista, siswa kelas 8D, mengatakan pembelajaran lewat Ruang Murid terasa lebih menarik dan relevan dengan kesehariannya.
Sementara Ridho Sihabudin dari kelas 8A mengaku fitur-fitur dalam aplikasi membantu memahami materi lebih mendalam dan berharap variasi konten terus ditambah.
Lewat digitalisasi yang diusung Rumah Pendidikan, Kemendikdasmen berharap mutu pendidikan meningkat signifikan baik melalui akses sumber belajar yang lebih luas, proses belajar yang lebih efisien, maupun motivasi belajar murid yang kian tumbuh.
Namun perjalanan ini membutuhkan kesiapan infrastruktur, kompetensi digital guru, serta dukungan kebijakan yang berkelanjutan.
Dengan Program Sapa Sekolah, pemerintah tidak hanya mengenalkan aplikasi, tetapi juga menanamkan pesan penting: bahwa transformasi pendidikan sejatinya dimulai dari ruang kelas, dari guru yang mau berubah, dan dari murid yang siap menyambut masa depan. (*)
