Ngarot: Pesta Kesucian dan Syukur yang Menjaga Nafas Budaya Lelea

INDRAMAYU | Di Desa Lelea, Indramayu, setiap akhir tahun bukan sekadar pergantian kalender melainkan datangnya sebuah ritual sakral yang telah mengakar ratusan tahun lamanya.

Tradisi itu bernama Ngarot, sebuah upacara adat yang menjadi penanda dimulainya musim tanam padi, sekaligus simbol syukur, pendidikan, dan warisan budaya yang tak lekang oleh waktu.

Lebih dari sekadar seremoni, Ngarot adalah jembatan antara masa lalu dan masa depan masyarakat agraris Sunda. Di dalamnya, terkandung pesan kuat tentang menjaga tanah, menjaga hubungan antargenerasi, dan menjaga martabat budaya lokal.

Setiap minggu ketiga bulan Desember, wajah-wajah muda Desa Lelea menjadi pusat perhatian. Para bujang dan cuene pemuda dan pemudi yang masih suci dan belum menikah mengenakan busana tradisional yang sarat makna. Para pemuda tampil dengan baju komboran dan ikat kepala, sementara para pemudi hadir anggun dengan kebaya, selendang, dan tatanan bunga di kepala. Melati sebagai simbol kesucian, kenanga sebagai lambang keperawanan, hingga kembang kertas yang memancarkan kecantikan dan semangat.

Di balik kemeriahan warna dan musik, Ngarot mengemban fungsi luhur. Ia adalah ungkapan syukur masyarakat Lelea atas kesempatan memasuki musim tanam berikutnya. Ia juga menjadi sarana pembinaan generasi muda, mengajarkan nilai-nilai kerja sama, gotong royong, sopan santun, hingga keteguhan hati dalam kehidupan desa. Tak kalah penting, Ngarot menjadi ruang sosial tempat generasi muda saling mengenal bahkan tak jarang menjadi pintu awal kisah cinta baru.

Arak-arakan meriah mengalir dari sudut-sudut desa, diiringi kesenian tradisional seperti Ronggeng Ketuk yang menggugah semangat. Nuansa pesta rakyat melebur dengan khidmat budaya, menciptakan suasana yang tak hanya indah dilihat, tetapi menggugah rasa.

Puncak acara digelar di balai desa, tempat seluruh rangkaian upacara ditutup dengan doa, nasihat adat, dan komitmen bersama untuk menjaga kebudayaan warisan leluhur. Karena bagi masyarakat Lelea, Ngarot bukan sekadar perayaan ia adalah identitas, kebanggaan, dan kekuatan.

Sebagai warisan budaya tak benda, Ngarot tak hanya membuat Indramayu dikenal sebagai lumbung padi, tetapi juga sebagai penjaga tradisi Sunda yang terus hidup dan bernapas melalui generasi mudanya. Di tengah modernisasi yang mengalir cepat, Ngarot berdiri teguh sebagai pengingat: bahwa kesederhanaan, kebersamaan, dan rasa syukur adalah fondasi utama keberlanjutan sebuah peradaban. (*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *