JAKARTA | Hipertensi kembali menjadi sorotan sebagai salah satu ancaman kesehatan paling senyap namun mematikan. Tekanan darah yang terus berada di atas batas normal lebih dari 140/90 mmHg bukan sekadar angka di layar tensimeter, melainkan awal dari rangkaian kerusakan pada tubuh yang kerap tak disadari.
Dilansir dari Healthline, Rabu (25/6/25), tekanan darah tinggi bekerja seperti erosi yang perlahan mengikis pembuluh darah. Dimulai dari kerusakan kecil pada dinding arteri, kolesterol jahat mulai menumpuk, menyempitkan jalur aliran darah. Ketika arteri makin sempit, suplai darah ke organ utama terganggu dan memicu berbagai penyakit.
Pada jantung, kondisi ini memunculkan gejala mulai dari nyeri dada, detak jantung tak teratur, hingga serangan jantung. Jika berlangsung lama, jantung dipaksa bekerja lebih keras dan akhirnya bisa mengalami gagal jantung.
Di dalam otak, aliran darah yang tersendat dapat menyebabkan gangguan memori, penurunan fungsi kognitif, dan stroke. Bahkan, hipertensi juga dapat memicu aneurisma tonjolan berbahaya pada arteri yang bisa pecah sewaktu-waktu.
Mata pun tak luput dari dampaknya. Pembuluh darah kecil di retina dapat pecah, menyebabkan penglihatan kabur hingga kebutaan.
Yang mengejutkan, tekanan darah tinggi juga memiliki hubungan erat dengan osteoporosis. Kondisi ini memicu keluarnya lebih banyak kalsium melalui urine, sehingga tulang semakin rapuh dan mudah patah, terutama pada wanita yang sudah memasuki masa menopause.
Lebih jauh, hipertensi juga dapat menghambat aliran darah ke organ seksual. Akibatnya, pria berisiko mengalami disfungsi ereksi, sedangkan wanita mengalami penurunan gairah, kekeringan vagina, dan kesulitan mencapai orgasme.
Tidak kalah penting, ginjal menjadi salah satu organ yang paling rentan. Kerusakan pembuluh darah menuju ginjal dapat menurunkan fungsi penyaringan tubuh. Dalam jangka panjang, hipertensi menjadi salah satu pemicu utama penyakit ginjal kronis yang bisa berujung gagal ginjal.
Dengan berbagai risiko yang mengintai, hipertensi bukan lagi kondisi yang boleh diabaikan. Pengendalian tekanan darah melalui pola hidup sehat, pemantauan rutin, dan konsultasi medis menjadi langkah penting untuk mencegah dampak fatal di kemudian hari.(*)
