BANJARBARU | Pagi belum sepenuhnya terang, tapi halaman SMA Negeri Banua Bilingual Boarding School (BBS) sudah ramai oleh langkah-langkah kecil penuh tekad. Dari ruang asrama sederhana di Banjarbaru, semangat itu mengalir semangat untuk terbang tinggi, menembus batas dunia, dan suatu hari nanti pulang untuk membangun Banua.
Sekolah yang berdiri sejak 2011 ini kini memegang status baru Sekolah Garuda Transformasi, bagian dari program unggulan pemerintahan Presiden Prabowo Subianto melalui Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Kemdiktisaintek).
Tujuannya bukan sekadar mencetak siswa cerdas, melainkan melahirkan generasi disiplin, tangguh, dan berjiwa pengabdian.
“Label Sekolah Garuda menguji mental anak-anak Banua. Kami ingin mereka bukan hanya bermimpi tinggi, tapi juga siap mengabdi,” ujar Hafizul Rahman, Wakil Kepala Asrama SMAN Banua, Rabu (15/10/2025).
Rutinitas di sekolah ini berjalan seperti jam disiplin tapi hangat. Dari subuh berjemaah, diskusi pagi, belajar hingga larut malam, semua dijalani dengan tanggung jawab. Di dinding ruang makan, sebuah kalimat sederhana menjadi napas mereka,“Berani Bermimpi, Siap Mengabdi.”
Kalimat itu bukan sekadar semboyan. Ia hidup dalam semangat Muhammad Rizki Hasan, juara lomba fisika Universitas Lambung Mangkurat, yang bermimpi kuliah di Nanyang Technological University, Singapura.Atau Fremmunizar Syahel Akbar, peraih emas OSN Geografi, yang ingin meneliti perubahan iklim di Kalimantan. “Sekolah ini memberi kami sayap untuk terbang, tapi juga akar untuk kembali,” ujar Rizki.
SMAN Banua kini sejajar dengan sekolah unggulan nasional seperti SMA Taruna Nusantara dan MAN Insan Cendekia OKI. Dari 38 provinsi, hanya 12 sekolah yang terpilih menjadi Sekolah Garuda.
Di bawah bimbingan Universitas Pendidikan Nasional (Undiknas) Denpasar, siswa Banua ditempa dengan standar global:
kelas IELTS, SAT, dan Aptis British Council menjadi menu wajib bagi mereka yang menargetkan 100 universitas terbaik dunia.
Namun di balik kedisiplinan, sekolah ini juga menumbuhkan toleransi dan kebinekaan. Dari 246 siswa, ada 17 siswa nonmuslim yang mendapat pendampingan keagamaan dari Kemenag.
“Kami ingin mereka tumbuh dalam suasana yang saling menghormati. Inilah wajah Garuda yang sebenarnya,” ujar Zulkipli, Wakil Kepala Sekolah Bidang Kurikulum.
Kepala Disdikbud Kalsel, Galuh Tantri Narindra, menyebut penetapan SMAN Banua sebagai Sekolah Garuda Transformasi sebagai puncak prestasi pendidikan daerah. “Dari ujung Banua, kita tunjukkan bahwa anak-anak Kalsel mampu bersaing dengan siapa pun, dari mana pun,” tegasnya.
Kini, saat malam tiba dan lampu asrama menyala, suara pena masih terdengar dari ruang belajar. Di balik cahaya lembut itu, masa depan sedang ditulis oleh tangan-tangan muda yang siap membawa nama Banua ke pentas dunia.
Mereka adalah Garuda-Garuda muda dari Kalimantan Selatan generasi yang belajar bermimpi tinggi, berdisiplin dalam langkah, dan siap kembali pulang untuk menyalakan cahaya ilmu di tanah kelahirannya.(* InfoPublik)
