Mahasiswa Unair Raih Best Presenter Award di Malaysia, Inovasi Inkubasi Penyu Jadi Sorotan Dunia

JAKARTA |  Dunia akademik Indonesia kembali menorehkan prestasi gemilang. Ryan Adi Taufiqurrahman, mahasiswa Fakultas Ilmu Kesehatan, Kedokteran, dan Ilmu Alam (FIKKIA) Universitas Airlangga (Unair), berhasil menyabet penghargaan Best Presenter Award pada ajang bergengsi i-IDeA™ 2025: The 6th International Science, Technology and Engineering Conference (ISTEC) yang berlangsung di Universiti Teknologi MARA (UiTM) Perlis, Malaysia, pada 11–15 September 2025.

Ajang internasional yang mengusung tema “Integrating Knowledge for a Brighter Future” ini mempertemukan ratusan peneliti muda dari 21 universitas ternama di Asia hingga Timur Tengah. ISTEC 2025 menjadi panggung diskusi ilmiah lintas disiplin, mulai dari Material Science, Chemistry, Life Science, Environment, Polymer hingga Engineering, dengan menghadirkan pakar dari kampus bergengsi seperti Universiti Brunei Darussalam, Institut Teknologi Bandung (ITB), hingga King Abdulaziz University, Arab Saudi.

Ryan tampil memukau dengan presentasi penelitian bertajuk “Evaluation of Intan Room: A Revolutionary Artificial Incubation Device to Modify Sex Ratio in Olive Ridley Sea Turtle.”

Riset ini memperkenalkan Intan Room dan Intan Box, perangkat inkubasi tanpa pasir yang digagas bersama Banyuwangi Sea Turtle Foundation (BSTF) dengan dukungan CSR Bank BCA. Teknologi ini memungkinkan proses inkubasi telur penyu lebih efektif sekaligus mengontrol rasio jenis kelamin tukik, aspek penting dalam menjaga keseimbangan populasi penyu yang selama ini terancam punah akibat perubahan iklim.

“Penghargaan ini bukan hanya untuk saya, melainkan juga untuk Unair, BSTF, dan semua pihak yang terlibat. Saya berharap teknologi ini bisa menjadi kontribusi nyata Indonesia dalam konservasi penyu dunia,” ungkap Ryan, penuh rasa syukur, Kamis (11/9/2025).

Namun, Ryan juga mengakui tantangan terbesar dalam pengembangan teknologi ini adalah mengontrol kestabilan suhu inkubasi. Faktor eksternal seperti iklim tropis sering memengaruhi suhu di dalam perangkat, yang berpotensi mengganggu proses penetasan.

“Kami masih terus mencari metode terbaik agar suhu tetap stabil, sehingga tingkat keberhasilan penetasan dan rasio jenis kelamin tukik bisa optimal,” jelasnya saat menjawab pertanyaan Zulaikha, mahasiswa S2 Kimia UiTM, dalam sesi diskusi.

Keberhasilan Ryan menjadi bukti bahwa inovasi anak bangsa mampu bersaing di level internasional. Prestasi ini sekaligus mengukuhkan Universitas Airlangga sebagai salah satu pusat inovasi dan riset terdepan di Indonesia.

Lebih jauh, Ryan berharap teknologi Intan Room dapat diimplementasikan secara luas, tidak hanya di Banyuwangi tetapi juga di seluruh kawasan konservasi penyu di Indonesia, bahkan dunia. Dengan demikian, upaya penyelamatan penyu sebagai satwa langka dapat dilakukan lebih maksimal di tengah ancaman kepunahan.

“Konservasi penyu bukan hanya tentang menjaga satwa, tetapi juga menjaga ekosistem laut agar tetap seimbang. Teknologi ini adalah langkah kecil, tetapi saya percaya bisa memberi dampak besar di masa depan,” pungkasnya. (*)

Komentar

News Feed