Jatiluwih dan Wukirsari: Dua Desa Wisata Indonesia Bukukan Prestasi Dunia

Yogyakarta |Dua desa dari Indonesia kembali mengharumkan nama bangsa di kancah internasional. Desa Wisata Jatiluwih di Bali dan Wukirsari di Yogyakarta sukses menorehkan prestasi bergengsi sebagai Best Tourism Villages 2024 oleh United Nations (UN) Tourism, lembaga resmi PBB di bidang pariwisata. Penghargaan ini diumumkan pada Jumat, 15 November 2024, menempatkan kedua desa tersebut sejajar dengan desa-desa wisata terbaik dari berbagai penjuru dunia.

Prestasi ini bukan sekadar soal destinasi, tetapi cermin keberhasilan Indonesia memadukan pariwisata, pemberdayaan masyarakat, pelestarian budaya, dan kelestarian lingkungan.

Meski terpisah jarak lebih dari 700 km, Jatiluwih dan Wukirsari memiliki satu benang merah: memanfaatkan kearifan lokal sebagai kekuatan utama.

Jatiluwih, Tabanan, Bali dikenal dunia lewat pesona sawah terasering yang merupakan bagian dari sistem Subak, warisan budaya dunia UNESCO. Keberhasilan Jatiluwih menjaga harmoni antara alam, budaya, dan wisata modern menjadi teladan bagi desa lain.

Sementara itu, Wukirsari, Imogiri, Bantul, Yogyakarta tampil memikat berkat kekayaan seni batik tradisional, kerajinan topeng kayu, dan panorama alam seperti Embung Imogiri dan Bukit Bego. Desa ini membuktikan bahwa pelestarian budaya bukanlah beban, melainkan potensi ekonomi masa depan.

Program Desa Wisata yang digagas pemerintah sejak awal 2000-an kini menunjukkan buah manisnya. Lebih dari 2.000 desa wisata telah tumbuh di berbagai penjuru Nusantara, menjadi alternatif wisata yang menawarkan pengalaman autentik, jauh dari kesan homogen ala wisata modern.

Tidak sekadar membangun ekonomi desa, wisata berbasis masyarakat ini turut menjaga agar tradisi, budaya, dan alam tetap lestari. Setiap kunjungan wisatawan tak hanya memberikan pemasukan, tetapi juga menjadi ruang edukasi dan regenerasi budaya yang hampir terlupakan.

Sekjen UN Tourism, Zurab Pololikashvili, menegaskan penghargaan ini bukan semata soal popularitas, tetapi bukti bahwa desa-desa di dunia, termasuk Indonesia, mampu memanfaatkan pariwisata sebagai alat pemberdayaan dan kesejahteraan masyarakat.

“Kami merayakan desa-desa yang berhasil memanfaatkan pariwisata sebagai jalan menuju pemberdayaan dan kesejahteraan masyarakat. Ini membuktikan bahwa praktik pariwisata berkelanjutan membawa masa depan yang lebih cerah bagi semua,” ujar Zurab.

Penghargaan ini membuka peluang besar bagi desa-desa wisata Indonesia lainnya untuk melangkah lebih jauh. Promosi global, akses pasar internasional, hingga penguatan branding destinasi akan semakin terbuka. Pemerintah pun terus mendorong penguatan kapasitas dan infrastruktur agar desa wisata semakin siap bersaing.

Jatiluwih dan Wukirsari telah membuktikan: kemajuan ekonomi dapat sejalan dengan pelestarian budaya dan alam. Wisata desa bukan sekadar tempat berlibur, melainkan panggung di mana keindahan, kearifan lokal, dan semangat masyarakat Indonesia bersinar untuk dunia.

Dua desa Indonesia masuk dalam daftar 55 Best Tourism Villages 2024 dari UN Tourism, yang disaring dari 260 kandidat dari 60 negara. Nama Indonesia kini sejajar dengan Jepang, Spanyol, Argentina, China, dan negara maju lainnya. (*)

Komentar

News Feed