Jakarta | Dunia kembali berduka atas jatuhnya korban sipil dalam agresi brutal Israel ke Jalur Gaza. Kali ini, duka mendalam datang dari Indonesia. dr Marwan Al-Sultan, Direktur Rumah Sakit Indonesia di Gaza, tewas bersama istri dan anak-anaknya akibat serangan udara Israel yang menyasar fasilitas medis sebuah tindakan yang memicu kecaman internasional.
Wakil Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) RI, Eddy Soeparno, dengan lantang mengecam serangan tersebut. Ia menyebut tindakan Israel sebagai pelanggaran berat terhadap hukum humaniter internasional dan nilai-nilai hak asasi manusia.
“Fasilitas medis dan tenaga kesehatan dilindungi oleh hukum internasional. Serangan terhadap Rumah Sakit Indonesia di Gaza tidak dapat dibenarkan dalam kondisi apa pun,” tegas Eddy dalam pernyataan resmi dari Jakarta, Jumat (4/7/2025).
Bagi Eddy, sosok dr Marwan bukan sekadar dokter. Ia adalah simbol keberanian, dedikasi, dan kemanusiaan yang tetap bertahan di garis depan demi menyelamatkan nyawa para korban perang. Gugurnya dr Marwan, menurutnya, adalah kerugian besar bukan hanya bagi Palestina, tetapi juga bagi Indonesia.
“Beliau memilih tetap berada di sana, di garis terdepan, di salah satu benteng terakhir layanan kesehatan di Gaza. Ini bukan sekadar tragedi kemanusiaan, tapi juga penghinaan terhadap nilai-nilai kemanusiaan universal,” ujar Eddy dengan nada berduka.
Dalam pernyataannya, Eddy Soeparno menyerukan kepada masyarakat internasional agar tidak lagi membiarkan kekejaman ini terus berlangsung. Ia mendesak agar negara-negara dan organisasi internasional mengambil langkah nyata untuk menghentikan agresi Israel serta mengusut tuntas setiap pelanggaran hukum perang yang dilakukan.
Lebih lanjut, Eddy menegaskan bahwa dukungan Indonesia terhadap kemerdekaan Palestina adalah sikap prinsipil dan konstitusional, bukan semata urusan politik luar negeri.
“Pembelaan terhadap Palestina bukan hanya sikap politik luar negeri, melainkan amanat konstitusi kita secara tegas. Selama masih ada penjajahan di atas dunia, maka perjuangan bangsa Indonesia belum selesai,” tegasnya, mengutip isi Pembukaan UUD 1945.
Sebagai bentuk konkret, Eddy mengajak seluruh elemen masyarakat Indonesia untuk terus menunjukkan solidaritas, baik melalui bantuan kemanusiaan, doa bersama, maupun diplomasi publik dan suara politik di forum-forum internasional.
“Indonesia tidak akan tinggal diam. Kita akan terus berdiri bersama rakyat Palestina sampai mereka merdeka sepenuhnya,” tutupnya dengan penuh komitmen.
Gugurnya dr Marwan dan keluarganya bukan sekadar deretan statistik korban perang. Itu adalah luka mendalam bagi seluruh umat manusia, terutama bagi bangsa Indonesia yang ikut membangun Rumah Sakit Indonesia di Gaza sebagai wujud solidaritas sejati.
Tragedi ini menjadi pengingat bahwa perang selalu merenggut yang tak bersalah, dan dunia tak boleh terus bungkam.(*)
Komentar