Ngopi untuk Redakan Asma? Ini Fakta Ilmiah di Balik Secangkir Kopi bagi Penderita Asma

Jakarta | Bagi sebagian orang, secangkir kopi di pagi hari adalah penyemangat. Namun bagi sebagian pengidap asma, kopi juga dipercaya sebagai “penolong darurat” saat gejala ringan seperti sesak napas atau batuk menyerang. Apakah ini sekadar mitos, atau ada dasar ilmiahnya?

Menurut sejumlah penelitian, kandungan kafein dalam kopi memang memiliki efek bronkodilator ringan, yakni melemaskan otot-otot saluran pernapasan. Efek ini sekilas mirip dengan obat asma, meski jauh lebih lemah dibandingkan bronkodilator seperti teofilin yang biasa diresepkan dokter.

Kafein bekerja dengan cara yang serupa dengan obat-obatan asma, yakni membuka saluran napas agar aliran udara lebih lancar. Walau efeknya tak sekuat obat medis, pada beberapa kasus ringan, kopi bisa memberi rasa lega sementara.

Beberapa penderita asma melaporkan bahwa minum kopi saat gejala awal muncul  seperti batuk ringan atau napas terasa berat  bisa membantu meredakannya tanpa harus langsung menggunakan inhaler.

Studi menunjukkan bahwa kafein dapat memperbaiki fungsi paru-paru selama 2–4 jam setelah dikonsumsi. Namun demikian, efek ini bersifat sementara dan bukan pengganti pengobatan rutin.

Meski kopi bisa memberi efek sementara, para ahli kesehatan menekankan bahwa kopi tidak bisa menggantikan pengobatan medis untuk asma. Konsumsi kafein berlebihan bahkan bisa memicu jantung berdebar, gangguan tidur, atau kecemasan hal-hal yang justru bisa memperburuk kondisi asma.

Jika gejala berat muncul  seperti sesak napas parah, sulit bicara, atau penggunaan inhaler tak memberi efek segera cari pertolongan medis.

Menjaga Asma Tetap Terkendali, Hindari pemicu alergi atau iritan seperti debu, asap, dan udara dingin, Minum obat sesuai anjuran dokter, termasuk penggunaan inhaler secara rutin, Terapkan gaya hidup sehat: olahraga ringan, tidur cukup, dan pola makan seimbang, Jika ingin mengonsumsi kopi, pastikan tidak berlebihan dan perhatikan reaksi tubuh.

Secangkir kopi mungkin bisa jadi “teman darurat” bagi penderita asma, tapi bukan solusi utama. Konsultasi medis tetap jadi kunci. Jangan sampai ngopi malah menutupi gejala serius yang memerlukan perawatan dokter.

Asma bukan alasan untuk menyerah tapi juga bukan alasan untuk bereksperimen tanpa bimbingan medis.(*)

Komentar

News Feed