Varian Nimbus Covid-19 Picu Gejala Tajam yang Mengagetkan

Min.co.id ~ Jakarta ~ Dunia kembali dihadapkan pada tantangan baru dari pandemi Covid-19. Kali ini, sebuah varian baru bernama Nimbus atau secara ilmiah dikenal sebagai NB.1.8.1, menyebar secara global dengan gejala khas yang mencemaskan nyeri tajam di tenggorokan seperti tersayat silet.

Gejala ini tidak hanya membuat penderita merasa sangat tidak nyaman, tetapi juga menjadi ciri khas pembeda dari varian-varian sebelumnya, termasuk Omicron yang menjadi induknya. Varian Nimbus kini mulai dominan di sejumlah negara Asia, seperti China, Singapura, dan Hong Kong, serta menunjukkan kecenderungan naik tajam di beberapa belahan dunia.

Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), varian Nimbus saat ini berstatus sebagai “variant under monitoring” karena lonjakan signifikan yang ditimbulkannya. Dalam kurun waktu singkat, kontribusinya terhadap kasus global melonjak dari 2,5 persen menjadi 10,7 persen, menunjukkan potensi penyebaran yang agresif.

Dr. Naveed Asif, dokter umum dari The London General Practice, menyebut gejala utama dari Nimbus ini sebagai rasa sakit tajam di tenggorokan bagian belakang, yang terasa saat menelan. Beberapa pasien bahkan menggambarkannya seperti “ada silet menggores tenggorokan.”

Gejala lain yang kerap muncul bersamaan meliputi,Kelelahan ekstrem, Demam ringan hingga sedang, Batuk ringan, Hidung tersumbat atau meler, Nyeri otot dan persendian.

“Namun, perlu dicatat bahwa gejala bisa sangat bervariasi pada setiap individu. Tingkat kewaspadaan tetap penting,” ujar Dr. Naveed.

Prof. Lawrence Young, ahli virologi dari Universitas Warwick, memperingatkan bahwa penyebaran varian Nimbus bisa melonjak tajam dalam beberapa minggu ke depan. Alasannya, bukan hanya karena virus ini lebih efisien dalam menginfeksi sel, tetapi juga karena imunitas populasi dari vaksin dan infeksi sebelumnya mulai melemah.

“Covid bukan seperti flu musiman yang surut di musim panas. Meski cuaca panas dan lembap, varian Nimbus tetap bisa menyebar dengan cepat,” tegas Prof. Young.

Lebih mengkhawatirkan lagi, varian ini diduga memiliki kemampuan untuk menghindari sebagian respons imun tubuh, sehingga membuatnya lebih sulit dikenali oleh sistem pertahanan manusia.

Meski menimbulkan kekhawatiran baru, kabar baiknya adalah vaksin Covid-19 yang telah diperbarui masih efektif melawan varian Nimbus. Para pakar kesehatan menegaskan pentingnya vaksinasi lanjutan dan booster, terutama bagi kelompok berisiko tinggi seperti lansia dan penderita gangguan imun.

“Penting untuk tidak lengah. Vaksin tetap menjadi salah satu alat paling efektif untuk mencegah gejala berat dan rawat inap,” kata Dr. Naveed.(*)

Editor : Redaksi Min.co.id

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *