Benarkah Orang Pendek Lebih Panjang Umur? Ini Kata Pakar Neurosains IPB

Min.co.id ~ Jakarta ~ Apakah tubuh yang lebih pendek membuat seseorang hidup lebih lama? Pertanyaan klasik ini kembali ramai dibicarakan, terutama di media sosial. Tapi jawaban ilmiahnya ternyata tidak sesederhana itu.

Pakar Neurosains Molekuler dari IPB University, Berry Juliandi, mengatakan bahwa klaim tersebut tidak sepenuhnya salah, namun tidak bisa digeneralisasi begitu saja.

“Secara molekuler, memang ada gen pleiotropik yang berperan dalam pertumbuhan di awal kehidupan. Tapi jika terus aktif di usia tua, justru bisa mempercepat penuaan atau bahkan memicu kanker,” ujar Berry.

Menurut Berry, salah satu pendekatan ilmiah yang terbukti memperlambat proses penuaan adalah restriksi kalori  pengurangan asupan kalori tanpa menyebabkan kekurangan gizi. Studi pada berbagai organisme menunjukkan bahwa gen seperti sirtuin bisa membantu memperpanjang usia jika kalori dibatasi secara tepat.

Namun, Berry mengingatkan, ukuran tubuh bukan satu-satunya indikator. “Kita perlu memahami konsep ukuran relatif. Misalnya, bayi secara absolut tampak besar karena proporsi kepala terhadap tubuh. Jadi, tinggi badan tidak bisa berdiri sendiri sebagai patokan umur panjang,” katanya.

Lebih lanjut, Berry menjelaskan bahwa gaya hidup dan lingkungan sosial memiliki peran besar dalam menentukan usia harapan hidup. Ia mencontohkan fenomena blue zone, wilayah-wilayah di dunia yang dikenal memiliki populasi berumur panjang, seperti Okinawa di Jepang dan Sardinia di Italia.

“Penduduk di sana makan seimbang, aktif bergerak, dan punya hubungan sosial yang erat,” katanya. Tiga pilar utama masyarakat di blue zone antara lain, Aktivitas fisik rutin,Pembatasan asupan kalori,Hidup dalam lingkungan sosial yang suportif.

Salah satu hal menarik yang dibahas Berry adalah tentang stres yang menguntungkan. Menurutnya, stres jangka pendek seperti puasa atau olahraga justru bisa memicu reaksi tubuh untuk memperpanjang umur. “Selama tidak berlangsung terus-menerus, stres jenis ini bisa menjadi sinyal adaptif yang bermanfaat,” terangnya.

Ia juga menyinggung peran epigenetik  ekspresi gen yang bisa berubah karena pengaruh lingkungan, makanan, atau stres. Konsumsi polifenol dari tumbuhan yang tumbuh dalam kondisi stres alamiah diyakini memberi manfaat bagi daya tahan tubuh.

Jadi, benarkah orang pendek lebih panjang umur? Berry menyatakan, tidak bisa disimpulkan secara hitam-putih. “Panjang pendeknya tubuh tidak berdiri sendiri. Umur panjang adalah hasil dari interaksi kompleks antara faktor biologis, gaya hidup, dan dukungan sosial,” tegasnya.(*)

Editor : Redaksi Min.co.id

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *