Min.co.id ~ Surabaya ~ Di antara sekian banyak kuliner khas Indonesia, satu mangkuk sup berwarna hitam pekat ini selalu berhasil mencuri perhatian: Rawon. Bukan karena tampilannya yang mencolok, tapi karena rahasia bumbu rempahnya yang dalam dan legitnya potongan daging sapi yang empuk meresap.
Rawon bukan sekadar makanan. Ia adalah warisan rasa dari Jawa Timur yang menembus batas generasi. Saat disajikan, aroma kluwek—biji hitam fermentasi yang menjadi bahan utama kuahnya langsung menyapa hidung. Inilah yang menjadikan rawon berbeda dari semua jenis sup daging lain di dunia.
“Banyak yang kira Rawon itu seperti rendang berkuah, padahal filosofi dan bumbunya sangat beda. Rawon itu punya identitas sendiri,” ujar Yanti Prihastuti, pemilik warung Rawon legendaris di Surabaya, yang sudah berdiri sejak 1972.
Apa yang membuat Rawon makin unik? Di beberapa daerah seperti Surabaya dan Pasuruan, rawon disajikan lengkap dengan taburan sambal kacang atau kerupuk rambak dan tauge kecil, menciptakan perpaduan tekstur antara gurih, lembut, dan renyah.
Sambal kacang di sisi piring tidak hanya sekadar pelengkap, tapi pemberi lapisan rasa baru. Kombinasi kuah kluwek yang gurih pahit dengan sambal kacang yang manis pedas menciptakan simfoni rasa yang membingungkan tapi bikin ketagihan.
Bumbu Rawon bukan main-main. Untuk menciptakan kuah hitam yang nikmat, dibutuhkan campuran,Kluwek (biji kepayang yang difermentasi), Bawang putih dan merah, Lengkuas, Ketumbar,Serai,dan kemiri.
Semua ditumis dengan cinta, lalu direbus bersama daging sapi selama berjam-jam hingga meresap dan kuah menjadi pekat.
“Kluwek itu triknya. Harus tahu mana yang pahit dan mana yang manis. Kalau salah, Rawon bisa gagal total,” jelas Yanti.
Rawon biasanya disajikan panas-panas, bersama sepiring nasi putih, irisan telur asin, kecambah kecil (kecambah pendek dari kacang hijau), dan tidak lupa sambal terasi. Di beberapa tempat, empal goreng atau perkedel kentang ditambahkan untuk melengkapi sajian.
Satu sendok nasi, sedikit kuah hitam, sepotong daging, dan sambal di atasnya itulah cara terbaik menikmatinya.
Kini, Rawon tak lagi eksklusif milik warga Jawa Timur. Di berbagai kota besar seperti Jakarta, Bali, hingga Amsterdam, makanan ini mulai mendunia. Beberapa chef internasional bahkan mencoba menginterpretasikan Rawon dalam bentuk fine dining meski banyak pecinta kuliner tanah air tetap setia pada versi aslinya: panas, ndeso, dan menggugah selera.(*)
Editor : Redaksi Min.co.id