Min.co.id ~ Surabaya ~ Di tengah gemuruh persaingan global, lima mahasiswa lintas disiplin dari Universitas Airlangga (Unair) melangkah maju, bukan dengan jargon kosong, tapi dengan empati yang diolah menjadi inovasi. Tim FarmForward mencatatkan prestasi membanggakan dalam ajang International Youth Summit 3rd yang digelar di Universiti Sains Islam Malaysia (USIM), meraih Gold Medal untuk subtema Law and Economics dan menyabet Juara 2 keseluruhan.
Tak berhenti di sana, Unair dinobatkan sebagai Grand Champion, sebuah predikat prestisius yang menegaskan posisi institusi ini sebagai salah satu kampus dengan performa internasional paling konsisten.
Tim FarmForward yang terdiri dari Azzela Neirine Maharani (Ketua, Akuntansi 2024), Fandy Ahmad Firmansyah Anwar (Akuntansi 2023), Safrina Putri Indira (Manajemen 2023), Zhafa Putra Syah (Ilmu Komunikasi 2023), dan Rafi Aqillah Afif (Sastra Inggris 2023) mengusung satu isu klasik yang belum kunjung tuntas: nasib buruh tani di Indonesia.
Dengan tajuk “FARMFORWARD: Empowering Communities Through a Social Enterprise Consultant to Achieve Sustainable Economic Goals”, mereka menyodorkan solusi konkret atas upah buruh yang rendah, ancaman gagal panen, hingga food loss. Tak hanya menciptakan solusi, mereka menyuntikkan jiwa sosial dalam model ekonomi melalui konsep social enterprise.
“Bukan sekadar presentasi. Kami ingin membawa suara para buruh tani yang selama ini nyaris tak terdengar,” ujar Zhafa, yang mengakui bahwa empati menjadi kunci kekuatan tim saat tampil di panggung.
Berangkat dari Februari 2025, FarmForward mulai menyusun naskah, menyatukan pemikiran dari latar belakang yang berbeda dari akuntansi hingga sastra. Setiap minggu mereka duduk bersama, berlatih, berdiskusi, mematangkan konsep.
“Kemenangan ini hasil dari kerja konsisten dan kolaborasi. Kami siap bahkan saat diminta kirim slide dua hari sebelum lomba,” kata Azzela, sang ketua tim.
Lebih dari prestasi, FarmForward membawa misi panjang. Mereka berharap ide mereka bisa diadopsi secara nasional, bekerja sama dengan pemerintah dan berbagai stakeholder dalam menciptakan model pendampingan petani yang berkelanjutan.
“Ini baru awal. Kami ingin terus membawa ide-ide berdampak dan mewakili Indonesia di forum internasional,” ujar Fandy.
Capaian Unair sebagai Grand Champion bukan hasil kebetulan. Ini adalah akumulasi dari kualitas mahasiswa, budaya kolaborasi, dan dorongan untuk berpikir lintas batas.
International Youth Summit 3rd yang diselenggarakan oleh Sentosa Foundation, INSAN USIM, dan World Association of Young Scientist (WAYS) ini menjadi panggung yang tepat untuk memperlihatkan bahwa anak muda Indonesia mampu bersuara dengan solusi, bukan sekadar opini.(*)
Editor : Redaksi Min.co.id