Min.co.id ~ Madiun ~ Kaum ibu tak lagi hanya dikenal sebagai madrasah pertama bagi anak-anaknya. Di era digital, mereka juga tampil sebagai garda depan transformasi informasi, menghadang hoaks, dan menyebarkan nilai-nilai positif. Inilah semangat yang mengemuka dalam Kegiatan Sinergitas Jatim Digital 2025 bertema “Masyarakat Digital, Kunci Indonesia Emas”, yang digelar di Gedung NU Center Madiun, Jumat (30/5/2025).
Acara yang diikuti oleh sekitar 100 peserta dari Pengurus Cabang dan Anak Cabang Muslimat NU se-Kabupaten Madiun ini menjadi titik temu antara literasi digital, peran perempuan, dan cita-cita besar Indonesia Emas 2045. Kegiatan tersebut merupakan kolaborasi antara Diskominfo Provinsi Jawa Timur dan PC Muslimat NU Kabupaten Madiun.
Narasumber utama, Dra. Hj. Aisyah Lilia Agustina, M.Si., menyebut bahwa literasi digital tidak semata soal keterampilan teknis, melainkan juga etika dan keamanan di ruang maya. “Perempuan harus menjadi agen perubahan digital. Kita bukan hanya pengguna, tapi juga pengawal nilai,” ujarnya penuh semangat.
Senada dengan itu, Ummu Habibah, M.Pd.I., mengajak Muslimat agar bijak dalam menyikapi berbagai platform digital seperti TikTok, Instagram, dan Facebook. Ia mengingatkan bahwa media sosial bisa menjadi ladang pahala, tapi juga bisa jadi sumber fitnah jika tak digunakan dengan hati-hati.
Putut Darmawan, Kepala Bidang Informasi dan Komunikasi Publik Diskominfo Jatim, dalam sambutannya menyinggung maraknya penipuan digital. Salah satu hoaks viral yang disebut adalah unggahan hadiah motor dari Gubernur Jatim dengan syarat transfer Rp500 ribu.
“Ini bukan cuma lucu, tapi berbahaya. Masyarakat harus cerdas memilah informasi. Jangan mudah percaya unggahan di WhatsApp tanpa verifikasi,” tegasnya.
Putut berharap Muslimat dapat menjadi motor literasi digital di tingkat akar rumput. “Kami ingin Muslimat Madiun jadi pelopor masyarakat digital yang sehat dan produktif,” katanya.
Pernyataan yang mencuri perhatian datang dari Ketua PC Muslimat NU Madiun, Arina Manasikana. Dengan gaya khas pesantren, ia menyentil fenomena masyarakat yang lebih aktif membuka TikTok ketimbang kitab-kitab klasik.
“Jangan sampai Kifayatul Akhyar kita tergantikan oleh Kifayatul WA, atau Bidayatul Hidayah kita diganti dengan Bidayatul TikTok,” ucapnya disambut tawa dan tepuk tangan peserta.
Namun, ia juga menggarisbawahi bahwa teknologi bukan musuh, melainkan alat yang harus digunakan secara bijak untuk kemaslahatan umat dan kemajuan bangsa.
Melalui kegiatan ini, Muslimat Madiun ditegaskan sebagai kekuatan sosial yang siap menjadi pelopor dalam membentuk masyarakat digital yang cerdas, kritis, dan berdaya. Literasi digital dianggap bukan sekadar pengetahuan, tapi tanggung jawab moral dan kebangsaan.
“Dengan literasi digital, kita bisa membangun ruang digital yang positif dan bermanfaat. Ini kontribusi nyata untuk Indonesia Emas 2045,” pungkas Arina.(*)