Min.co.id ~ Jatim ~ Kabel laut yang selama ini menjadi jalur data digital kini berubah fungsi menjadi “telinga” yang mendengarkan detak bumi.
PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk (Telkom) menggandeng Universitas Gadjah Mada (UGM) mengembangkan sistem deteksi gempa canggih berbasis Distributed Acoustic Sensing (DAS) teknologi yang menjadikan kabel optik bawah laut sebagai sensor akustik untuk memantau aktivitas seismik secara real-time.
Inovasi ini menjadi angin segar bagi sistem mitigasi bencana di Indonesia, negeri kepulauan yang berada di jalur Cincin Api Pasifik. Dengan memanfaatkan infrastruktur kabel laut eksisting yang membentang dari Sabang hingga Merauke, DAS mampu mendeteksi gelombang gempa primer (P-wave) yang muncul sebelum gelombang sekunder (S-wave) yang merusak, sehingga memberikan peringatan dini beberapa detik hingga menit sebelum guncangan utama terjadi.
“Teknologi ini sangat efisien karena tidak memerlukan pemasangan sensor baru. Kita memanfaatkan apa yang sudah ada—kabel optik kita sendiri,” ujar Direktur Utama Telkom, Ririek Adriansyah, dalam pertemuan dengan Wakil Rektor Bidang Penelitian dan Kerja Sama UGM, Dr. Danang Sri Hadmoko, Jumat (23/5).
Menurut Ririek, sistem ini tak hanya penting untuk keselamatan warga pesisir yang rawan bencana, tetapi juga strategis untuk melindungi aset vital nasional. Selama ini, gangguan pada kabel laut baik dari gempa maupun aktivitas manusia dapat terjadi 15–17 kali dalam setahun dan menimbulkan biaya tinggi untuk pemulihan layanan digital nasional.
Teknologi DAS memungkinkan monitoring preventif 24/7, memberikan Telkom kemampuan untuk mengawasi pergerakan geologis maupun aktivitas mencurigakan di sekitar jalur kabel laut.
Di sisi akademik, UGM menyambut antusias kolaborasi ini. Dr. Danang menyebut bahwa sinergi kampus dan industri adalah jalan menuju inovasi berdampak nyata. “DAS adalah representasi teknologi berbasis data dan sains yang inklusif, membawa harapan baru untuk sistem kebencanaan yang responsif dan berkelanjutan,” tuturnya.
Lebih rinci, Prof. Dr. Eng. Kuwat Triyana, M.Si., anggota tim riset UGM, menjelaskan bahwa sistem ini juga terintegrasi dengan data geospasial nasional. Artinya, bukan hanya mendeteksi gempa, tapi juga membantu proses evakuasi dan respons kebencanaan yang lebih cepat dan terkoordinasi.
Telkom dan UGM berencana melakukan uji coba pertama teknologi ini di wilayah laut dengan aktivitas seismik tinggi—seperti pantai barat Sumatra dan pantai selatan Jawa—sebelum meluaskannya ke jalur-jalur kabel laut lainnya.
Lebih dari sekadar inovasi teknis, kolaborasi ini juga akan membuka akses data untuk kepentingan riset, edukasi, dan kebijakan publik, guna membangun sistem peringatan nasional yang lebih kokoh dan modern.
“Kami percaya, teknologi yang bersumber dari semangat kolaborasi seperti ini adalah kunci membangun Indonesia yang lebih tangguh menghadapi risiko bencana,” pungkas Ririek.
Melalui langkah visioner ini, Telkom dan UGM menunjukkan bahwa teknologi bukan sekadar soal konektivitas digital, tapi juga soal keselamatan, efisiensi, dan masa depan yang lebih aman bagi seluruh rakyat Indonesia.(*)
Editor : Redaksi Min.co.id