Min.co.id ~ Surabaya ~ Di balik toga kehormatan yang disematkan, ada semangat besar yang dibawa Prof Dr Hery Suwito, Drs, MSi, saat resmi dikukuhkan sebagai Guru Besar Ilmu Desain dan Sintesis Senyawa Bioaktif dari Fakultas Sains dan Teknologi (FST) Universitas Airlangga (Unair), Kamis (8/5/2025).
Pengukuhan yang berlangsung khidmat di Aula Garuda Mukti, Kampus MERR-C, ini menjadi lebih dari sekadar seremoni akademik. Sebab, Prof Hery hadir membawa gagasan besar untuk kemandirian Indonesia di bidang farmasi, lewat kekuatan riset dan sintesis bahan aktif obat yang dibuat sendiri.
“Indonesia masih terlalu bergantung pada impor Bahan Baku Obat (BBO). Ini saatnya kita bangun kemampuan dari hulu, bukan hanya jadi pasar,” tegas Prof Hery dalam orasi ilmiahnya.
Selama lebih dari satu dekade, Prof Hery telah menekuni riset mendalam terhadap senyawa turunan dihidropirimidinon (DHPM). Senyawa ini disintesis melalui reaksi Biginelli, sebuah reaksi kimia klasik yang telah ia modifikasi secara inovatif dengan pendekatan katalis terbaru.
Hasilnya? Tak main-main. Dari laboratorium Unair, lahir tujuh jenis kerangka DHPM dengan potensi aplikasi medis yang luas.
“Senyawa ini menunjukkan aktivitas biologis yang kuat. Kami berhasil mengembangkan 18 senyawa antioksidan, serta senyawa dengan efek antikanker, antidiabetes, antiinflamasi, bahkan untuk pencegahan komplikasi penyakit metabolik,” paparnya.
Lebih menarik lagi, Prof Hery menggarisbawahi pentingnya pendekatan biological driven dalam pengembangan obat masa kini—yaitu pendekatan berbasis pemahaman biologis dan molekuler, dengan dukungan teknologi komputer dan basis data protein.
Pendekatan ini membuka jalan baru untuk desain molekul obat yang lebih efisien dan terarah, sekaligus menegaskan bahwa sains di Indonesia tidak lagi berjalan di belakang, tetapi bisa berada di garis depan.
“Potensi riset kita sangat besar dan kompetitif. Yang dibutuhkan sekarang adalah keberpihakan kebijakan dan dukungan nyata agar hasil penelitian ini tidak hanya berhenti di jurnal, tapi bisa masuk ke industri dan jadi solusi kesehatan nasional.”
Dengan penuh keyakinan, Prof Hery menutup orasinya dengan seruan bahwa kemandirian farmasi bukan mimpi, tapi tujuan yang bisa dicapai. Dengan kolaborasi antara kampus, industri, dan pemerintah, Indonesia punya modal untuk berdiri di kaki sendiri dalam penyediaan bahan obat.(*)
Editor : Redaksi Min.co.id
Komentar