AI Jadi Jembatan, Bukan Sekadar Alat Kemkomdigi Pacu Inklusi Keuangan Menuju Indonesia Emas 2045

Min.co.id ~ Jakarta ~ Kementerian Komunikasi dan Digital (Kemkomdigi) menegaskan peran strategis kecerdasan artifisial (AI) dan teknologi digital lainnya sebagai jembatan revolusioner untuk mendorong inklusi keuangan yang lebih merata dan berkelanjutan di Indonesia. Langkah ini menjadi bagian dari upaya besar mendukung visi Asta Cita dan Indonesia Emas 2045.

Dalam gelaran Indonesia International Financial Inclusion Summit (IFIS) 2025 di Grand Ballroom Kempinski, Jakarta Pusat, Wakil Menteri Komunikasi dan Digital Nezar Patria menekankan bahwa teknologi bukan sekadar alat, melainkan jembatan yang menyambungkan jutaan warga termasuk UMKM dan kelompok rentan ke dalam sistem keuangan formal.

“Teknologi bukan hanya alat, melainkan jembatan yang menghubungkan masyarakat dengan sistem keuangan formal,” tegas Nezar, Rabu (7/5/2025).

Nezar menyebut bahwa strategi Kemkomdigi bertumpu pada tiga pilar utama, Pembangunan Infrastruktur Digital, Penguatan Literasi Digital, dan, Penyiapan Regulasi yang Inklusif.

Lebih lanjut, teknologi seperti blockchain dinilai mampu menciptakan transparansi, keamanan, dan integrasi layanan keuangan ke dalam berbagai aplikasi populer mulai dari e-commerce hingga transportasi daring sehingga makin memudahkan masyarakat dalam mengakses layanan keuangan.

Nezar juga menyoroti pentingnya Digital Public Infrastructure (DPI) yang mencakup identitas digital, sistem pembayaran, dan pertukaran data—sebagai katalisator utama inklusi.

“DPI bukan hanya membuka akses, tetapi juga memberdayakan masyarakat, membuat mereka tak hanya menjadi pengguna, tetapi juga pelaku aktif dalam ekonomi digital,” ujarnya.

Mengacu pada data OJK, Nezar mengakui bahwa meskipun Indeks Inklusi Keuangan Indonesia telah menyentuh angka 80,51 persen, tingkat literasi keuangan masih berada di angka 66 persen, yang masih didominasi oleh sektor perbankan.

Untuk itu, Nezar mengingatkan bahwa transformasi digital harus bersifat inklusif.

“Dengan inovasi dan kolaborasi, kita bisa memastikan bahwa no one left behind. Tidak satu pun tertinggal dalam proses ini,” tandasnya.

Nezar turut mencontohkan praktik terbaik dari negara lain seperti Ubank di Pakistan dan Erada Microfinance di Mesir yang berhasil menjangkau pelaku UMKM informal dengan solusi digital.

Di negara berkembang, 345 juta dari 400 juta UMKM masih bersifat informal, dan hal ini membuka peluang besar bagi digitalisasi untuk menyentuh akar perekonomian rakyat.Dengan semangat kolaborasi lintas sektor dan pemanfaatan teknologi cerdas, Kemkomdigi memastikan bahwa inklusi keuangan bukan lagi mimpi, melainkan kenyataan yang terus dibangun menuju Indonesia Emas 2045.(*)

Komentar

News Feed