Meriam: Senjata Perang yang Mengubah Sejarah dari Medan Darat hingga Laut

Min.co.id ~ Jakarta ~ Meriam, senjata artileri yang telah memainkan peran penting dalam sejarah peperangan, bukan sekadar alat penghancur, tetapi juga pemicu revolusi dalam strategi militer. Dari medan tempur kuno hingga perang modern, meriam terus berevolusi, menjadikannya senjata yang menentukan hasil pertempuran.

Dari Tiongkok ke Eropa: Awal Mula Meriam

Senjata ini pertama kali muncul di Tiongkok, menggantikan mesin kepung sebagai artileri mesiu tertua. Keberadaannya menyebar ke Timur Tengah, dengan bukti pertama penggunaan meriam genggam dalam pertempuran Ain Jalut antara Mesir dan Mongol. Tak lama kemudian, Eropa mulai mengadopsinya, terutama dalam Reconquista di Iberia pada abad ke-13 dan Perang Seratus Tahun di Inggris, seperti yang terjadi pada Pertempuran Crecy tahun 1346.

Revolusi Militer: Dari Benteng hingga Medan Tempur

Pada Abad Pertengahan, meriam menjadi senjata standar yang efektif melawan infanteri dan bangunan. Ukuran meriam yang awalnya besar dan sulit dipindahkan kemudian disempurnakan menjadi lebih ringan dan mudah digerakkan. Efektivitas meriam membuat benteng pertahanan klasik menjadi usang, memaksa munculnya desain benteng bintang yang lebih tahan terhadap serangan artileri.

Dominasi di Laut dan Perang Modern

Di medan laut, Angkatan Laut Britania Raya menjadi pelopor penggunaan meriam sebagai senjata utama kapal perang. Seiring waktu, teknologi meriam semakin canggih dengan laras melingkar yang meningkatkan akurasi, menjadikannya semakin mematikan, terutama terhadap infanteri. Pada Perang Dunia I dan II, meriam menjadi senjata utama yang menyebabkan korban dalam jumlah besar, membuktikan bahwa artileri tetap menjadi elemen vital dalam pertempuran modern.

Dari dinding benteng abad pertengahan hingga peperangan dunia, meriam telah menjadi simbol kekuatan militer dan inovasi teknologi. Keberadaannya tidak hanya mengubah strategi perang tetapi juga mengukir sejarah dalam perjalanan panjang peradaban manusia.(*)

Editor : Achmad

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *