Min.co.id ~ Jakarta ~ Epilepsi katamenial (CE), atau kejang menstruasi, bukan sekadar gangguan saraf biasa. Kondisi ini berkaitan erat dengan fluktuasi hormon yang terjadi sepanjang siklus menstruasi, termasuk saat kehamilan. Bagi perempuan dengan CE, perjalanan menuju kehamilan sehat memerlukan perhatian ekstra dan pengelolaan yang cermat.
Dr. Parinaaz Parhar, spesialis kesuburan dari Oasis Fertility, menegaskan bahwa perubahan kadar estrogen dan progesteron dapat meningkatkan frekuensi serta tingkat keparahan kejang. Hal ini membuat kehamilan bagi penderita CE menjadi tantangan tersendiri.
“Kejang saat kehamilan bisa membahayakan ibu dan janin. Beberapa obat anti-epilepsi juga berisiko menyebabkan cacat lahir. Oleh karena itu, pemantauan ketat dan penyesuaian pengobatan menjadi sangat penting,” ujar Dr. Parinaaz, dikutip dari Hindustan Times, Minggu (16/2/25).
Selain berdampak pada kehamilan, epilepsi katamenial juga dapat memengaruhi kesuburan. Beberapa obat anti-epilepsi diketahui mengganggu keseimbangan hormon dan ovulasi, meningkatkan risiko gangguan reproduksi seperti Sindrom Ovarium Polikistik (PCOS).
Namun, bukan berarti perempuan dengan CE tidak bisa memiliki kehamilan sehat. Kunci utama adalah manajemen medis yang tepat, termasuk konsultasi rutin dengan dokter, penyesuaian pengobatan, serta penerapan pola hidup sehat.
“Pola makan seimbang, olahraga teratur, dan pengelolaan stres dapat membantu mengurangi gejala epilepsi. Dengan perawatan yang optimal, perempuan dengan epilepsi katamenial tetap bisa menjalani kehamilan yang sehat dan memiliki anak yang sehat,” tambahnya.
Epilepsi katamenial mungkin masih jarang dibahas, tetapi bagi mereka yang mengalaminya, pemahaman dan dukungan yang tepat bisa menjadi kunci utama dalam menjalani kehidupan yang lebih baik.(*)
Editor : Achmad