Di Kabupaten Indramayu, Nadran dilaksanakan antara bulan Oktober hingga Desember di beberapa titik pantai, seperti Pantai Eretan Kulon, Eretan Wetan, Dadap, Limbangan, dan Karangsong.
Upacara ini tak hanya berupa ritual adat, tetapi juga diramaikan dengan kesenian tradisional dan pasar malam yang berlangsung seminggu penuh, memberikan hiburan dan nuansa kebersamaan bagi warga setempat.
Makna spiritual yang terkandung dalam upacara Nadran berasal dari akulturasi budaya Islam dan Hindu. Kata “nadran” dipercaya berasal dari kata “nazar,” yang berarti pemenuhan janji dalam ajaran Islam.
Di sisi lain, upacara ini juga melibatkan ritual sesaji yang disebut ancak, berupa replika perahu yang dihias dengan kepala kerbau, bunga tujuh rupa, buah-buahan, serta makanan khas.
Sebelum akhirnya dilarung ke laut, ancak diarak keliling desa dengan iringan seni tradisional seperti tarling, genjring, barongsai, hingga wayang kulit yang dipertunjukkan selama seminggu penuh.
Puncak dari upacara Nadran adalah pelepasan ancak ke laut, yang melambangkan permohonan kepada penguasa laut untuk diberikan hasil laut yang melimpah, serta perlindungan dan keselamatan bagi para nelayan yang melaut.
Di balik meriahnya pesta laut ini, terdapat doa dan harapan yang dalam agar kehidupan nelayan semakin sejahtera, dan tangkapan ikan yang mereka peroleh terus meningkat setiap tahunnya.
Nadran bukan hanya sekadar tradisi, tetapi juga sebuah ungkapan rasa syukur yang mendalam, serta perwujudan ikatan erat antara masyarakat nelayan dengan laut yang telah menjadi sumber kehidupan mereka.(*)
Editor : Achmad