Rekor Peserta dan Inovasi Digital Warnai Imtihan Wathani 2025: Pesantren Siap Hadapi Tantangan Zaman

Min.co.id ~ Jakarta ~ Imtihan Wathani 2025 untuk Pendidikan Diniyah Formal (PDF) siap digelar pada Januari 2025 dengan sejumlah inovasi yang semakin memperkaya kualitas ujian dan relevansi pendidikan pesantren di era digital.

Rapat koordinasi yang diadakan oleh Direktorat Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren (PD Pontren) Kementerian Agama (Kemenag) pada 13 Desember 2024 membahas berbagai persiapan teknis pelaksanaan ujian ini, yang melibatkan perwakilan PDF dari seluruh Indonesia serta praktisi pegon dan tim pengembang aplikasi berbasis komputer untuk ujian.

Direktur PD Pontren, Basnang Said, menegaskan bahwa pendidikan pesantren harus mampu beradaptasi dengan perkembangan zaman tanpa kehilangan jati dirinya.

“Pesantren memiliki potensi besar untuk menjadi pusat pendidikan berbasis kearifan lokal. Transformasi ini diperlukan agar pesantren tetap relevan dalam menghadapi dinamika zaman,” ujarnya dalam rakor tersebut.

Jumlah Peserta Meningkat Signifikan

Imtihan Wathani 2025 mencatatkan rekor peserta terbanyak dengan total 11.077 santri yang akan mengikuti ujian. Terdiri dari 4.438 santri di tingkat ulya dan 6.639 santri di tingkat wustha, ujian ini akan dilaksanakan di 77 satuan pendidikan PDF ulya dan 61 satuan pendidikan PDF wustha. Kasubdit Pendidikan Diniyah dan Ma’had Aly, Mahrus, mengungkapkan bahwa jumlah peserta yang besar ini menunjukkan perkembangan signifikan dalam sistem pendidikan pesantren di Indonesia.

Inovasi Soal Aksara Pegon: Akomodasi Bahasa Lokal

Salah satu inovasi yang menonjol pada Imtihan Wathani 2025 adalah penerapan soal-soal ujian dalam aksara pegon, yang menggabungkan bahasa Indonesia dengan aksara Arab. Inovasi ini dimaksudkan untuk lebih mengakomodasi kekhasan pesantren dan menegaskan keberagaman dalam sistem pendidikan yang berbasis pada bahasa lokal.

Diaz Nawaksara, peneliti aksara Pegon, turut dilibatkan untuk menelaah soal-soal berbasis pegon ini, yang sebelumnya seluruh soal menggunakan bahasa Arab.

“Langkah ini adalah evaluasi dari pelaksanaan sebelumnya dan juga upaya untuk mempertahankan ciri khas pendidikan pesantren,” ujar Mahrus.

Digitalisasi dan Penguatan Kurikulum Pesantren

Rakor ini juga membahas pentingnya digitalisasi pesantren untuk meningkatkan kualitas pendidikan. Tidak hanya soal teknis ujian, tetapi juga untuk penguatan kurikulum yang relevan dengan kebutuhan zaman. Dengan berbagai inovasi tersebut, Kemenag berharap pesantren dapat berkontribusi lebih besar dalam mencetak generasi unggul yang tidak hanya cerdas secara intelektual, tetapi juga memiliki kedalaman spiritual.(*)

Editor : Achmad

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *