Min.co.id ~ Ponorogo ~ Peltu Bambang, seorang prajurit TNI AD yang bertugas di Minvetcad Ponorogo, jajaran Korem 081/DSJ, telah menunjukkan prestasi luar biasa dalam usaha budidaya domba. Mengawali perjalanan usahanya dengan modal uang tabungan sebesar Rp 110 juta, Bambang membeli 70 ekor domba. Namun, dalam empat tahun berjalan, usahanya telah berkembang pesat hingga memiliki lebih dari 400 ekor domba.
Namun, dibalik kesuksesannya tersebut, Bambang memiliki alasan yang sangat mulia untuk menekuni budidaya domba. Sebagai seorang prajurit TNI, ia merasa prihatin melihat petani singkong di kampung halamannya, terutama neneknya, merugi karena singkong hasil pertanian mereka dibeli dengan harga murah.
“Dulu saya sangat sedih melihat petani di sini, mayoritas dari mereka adalah petani singkong. Hasil kerja keras mereka seringkali dibeli dengan harga yang tidak sebanding. Itulah yang memotivasi saya untuk memanfaatkan dan membeli singkong dari para petani dengan harga yang pantas,” ujarnya.
Dengan memiliki lebih dari 400 ekor domba saat ini, Bambang mengungkapkan bahwa biaya operasional dan pakan yang dikeluarkan mencapai puluhan juta setiap bulannya.
“Untuk memenuhi kebutuhan pakan domba, kami membutuhkan sekitar 6-7 ton singkong setiap bulannya, ditambah dengan bekatul dan kedelai sebanyak 3 kuintal. Total biaya operasional bulanan, termasuk gaji 4 pegawai, mencapai sekitar Rp 26 juta,” paparnya.
Meskipun mengalami kerugian sekitar Rp 20 juta setiap bulan, Bambang merasa senang dan bangga bisa membantu petani dan masyarakat di Desa Suren.
“Saya merasa bangga dan senang bisa membantu masyarakat dalam meningkatkan taraf hidupnya. Ini adalah kebanggaan tersendiri bagi saya,” katanya.
Lebih dari sekadar bisnis, bagi Bambang, usahanya juga merupakan sebuah amal dan ketaatan terhadap ajaran Nabi Muhammad SAW.
“Membantu sesama adalah ajaran yang harus kita ikuti. Saya berharap, jika suatu saat saya bertemu dengan Nabi, saya bisa memberitahunya bahwa saya sudah berusaha semampu saya untuk mengikuti ajarannya,” ungkapnya sambil meneteskan air mata.
“Usaha ini juga menjadi modal saya untuk kehidupan setelah kematian,” pungkasnya dengan tulus.
Editor : Redaksi