Min.co.id ~ Jakarta ~ Malam sunyi di Makkah. Di celah reruntuhan rumah, Abu Jahal, salah satu pemuka Quraisy yang paling menentang dakwah Rasulullah, mengintip diam-diam. Kemarahan yang biasa terpancar di wajahnya berganti dengan raut takjub. Perlahan, langkah kakinya terhenti. Telinganya menangkap lantunan ayat suci Al-Quran yang dibaca Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wa sallam.
Biasanya, Abu Jahal akan mengerahkan segala cara untuk menghentikan dakwah Rasulullah. Namun, malam itu berbeda. Tilawah yang syahdu itu membiusnya. Kata demi kata, suara merdu Rasulullah membawa kedamaian yang tak pernah dirasakan Abu Jahal sebelumnya.
Menurut riwayat, saat itu Rasulullah sedang membaca Surah An-Najm. Kebenaran dan keindahan ayat-ayatnya seolah menembus perisai kebencian Abu Jahal. Dalam riwayat lain disebutkan, surat yang dibaca adalah Al-Hijr, yang berisi tentang kisah kaum Aad dan Tsamud yang dimusnahkan Allah karena kesesatan mereka.
Ketakjuban Abu Jahal bercampur dengan ketakutan. Ia terpesona oleh keindahan Al-Quran, namun egonya tak ingin mengakui kebenaran yang dibacakan Rasulullah. Pagi harinya, ia berpura-pura tidak terjadi apa-apa dan kembali menghina dakwah Islam.
Para sahabat yang menyaksikan gelagat aneh Abu Jahal pun bertanya-tanya. Ada yang menduga Abu Jahal akhirnya luluh dan akan memeluk Islam. Namun, dugaan itu salah. Abu Jahal justru semakin gencar menghalangi dakwah Rasulullah.
Peristiwa ini menjadi bukti keajaiban Al-Quran. Bahkan hati yang keras sekalipun, bisa tersentuh oleh keindahan dan kebenaran Kalamullah. Namun, kembali kepada fitrah dan kehendak masing-masing individu untuk menerima hidayah atau menolaknya.(red)