Ini Sederet Gejala Covid-19 Varian Eris

JAKARTA , –  Sebelum merebak di sejumlah negara termasuk Inggris, varian ini sudah lebih dulu ditemukan di Indonesia pada Maret 2023.

Menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS (CDC) varian baru ini diperkirakan telah menyumbang 17,3 persen kasus baru Covid-19 di AS. Hal ini menunjukkan kecepatan penularannya, yang disebut lebih unggul dibandingkan varian Corona yang ada sebelumnya.

“Ini dimulai dengan sangat lambat dan kemudian tampaknya semakin meningkat dalam hal mengalahkan pendahulunya,” ujar pakar penyakit menular Prof. John Swartzberg, dikutip dari Insider, Selasa (15/8/23).

Meski menyebar dengan cepat, beberapa pihak meyakini gejala yang timbul akibat infeksi varian Eris tidak akan separah varian Corona yang merebak sebelumnya. Mungkin, gejalanya akan mirip-mirip dengan varian Corona lainnya.

Varian ini pertama kali muncul pada Februari dan merupakan cabang dari XBB subvarian Omicron. Hingga kini, para ilmuwan belum menemukan penyebab pasti varian Eris menjadi jenis varian Corona yang lebih umum. Namun peningkatan kasus yang dramatis membuat Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menjadikan varian ini tergolong Variant of Interest.

“Berdasarkan fitur genetiknya, karakteristik lolos dari kekebalan, dan perkiraan tingkat pertumbuhan, EG.5 dapat menyebar secara global dan berkontribusi pada lonjakan insiden kasus,” ungkap laporan WHO.

“Semua yang kami lihat hingga saat ini dengan varian ini menunjukkan bahwa ia memiliki sifat yang memungkinkannya sedikit lebih mudah menular daripada para pesaingnya,” terang Prof. Swartzberg.

Sejauh ini, menurutnya, gejala Covid-19 dengan infeksi varian Eris mirip dengan infeksi varian Corona lainnya. Gejala tersebut berupa:

1. Hilangnya indera perasa atau penciuman;

2. Batuk;

3. Demam;

4. Menggigil;

5. Sesak napas;

6. Kelelahan;

7. Nyeri tubuh;

8. Sakit kepala.

Kelompok yang paling rentan jika sampai terpapar varian Eris tak lain orang lanjut usia, orang dengan sistem kekebalan yang lemah, dan orang-orang dengan riwayat penyakit kronis.(rls)

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *