Min.co.id – Parapat – Pada awalnya adalah nama jalan sepanjang Hotel Mudi Mulia sampai dengan Hotel Atsari, “Tigarihit” berasal dari dua suku kata yaitu “tiga” pekan/pasar dan “rihit” yang berarti pasir, jika disatukan berarti pekan yang berada di kawasan berpasir (pantai Danau Toba) yang dikunjungi banyak orang.
Belakangan Tigahirit menjadi sebutan untuk sebuah kampung di Kecamatan Girsang Tigarihit. Selanjutnya, mengikuti pengembangan Destinasi Wisata Super Prioritas Danau Toba, Tigahirit menjadi nama kampung wisata baru di Toba.
Selanjutnya, sebutan Tigarihit menjadi Kampung Warna Warni Tigarihit ditabalkan sebagai destinasi wisata andalan per 17 Agustus 2021. Keunikan kampung ini adalah rumah warga yang tersusun vertikal dan dicat warna warni, mengadopsi ide Kampung Warna Warni Semarang dan pemukiman bersusun ala Brasil.
Lokasi Tigirihit mudah ditemukan. Jarak kampung ini dari bandara Silangit sekitar 77,1 kilometer (km), sedangkan jaraknya dari bandara Kualanamu sekitar 158 km. Titik koordinat kampung ini 2⁰03’17” Lintang Utara (LU) – 98⁰03’35” Bujur Timur (BT) dengan ketinggian 910 meter di atas permukaan laut (mdpl). Dari kota Parapat, Tigarihit bisa ditempuh hanya dalam beberapa menit.
Dalam sejarahnya, Penduduk yang pertama menempati Tigarihit adalah bermarga “Sinaga”. Seiring berlalunya waktu semakin banyaklah orang yang menghuni kampung Tigarihit dari berbagai marga.
Sarhunta di Tigarihit
Dukungan Kampung Warna Warni Tigarihit sebagai tujuan wisata, datang dari banyak pihak. Termasuk dari Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR). Melalui Direktorat Jenderal Perumahan, Kementerian PUPR telah merampungkan pembangunan 265 unit Sarana Hunian Pariwisata (Sarhunta) di sana.
Adanya Sarhunta di Danau Toba, kata Direktur Jenderal Perumahan Kementerian PUPR, Khalawi Abdul Hamid dalam keterangan tertulis, Selasa (31/8/2021), diharapkan bisa mendorong geliat pariwisata sekaligus meningkatkan perekonomian serta mewujudkan hunian yang layak bagi masyarakat.
“Program Sarhunta dilaksanakan dalam rangka meningkatkan keswadayaan masyarakat untuk mewujudkan rumah layak huni dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat di lokasi destinasi pariwisata prioritas,” ujar Dirjen Perumahan, Khalawi AH.
Untuk melaksanakan hal tersebut, imbuh Khalawi, diperlukan pemenuhan akses bagi masyarakat terhadap rumah sebagai pendukung kegiatan pariwisata. Sarhunta dibangun sebagai upaya mengoptimalkan fungsi hunian dan membentuk konektivitas antar bangunan sekaligus penataan lingkungan berbasis pada pemberdayaan masyarakat.
Danau Toba sendiri telah ditetapkan sebagai bagian dari lima KSPN Prioritas/Destinasi Pariwisata Super Prioritas sesuai dengan visi Presiden Joko Widodo (Jokowi).
“Lokasi kegiatan Peningkatan Kualitas Rumah Swadaya untuk Usaha Pondok Wisata (Homestay) dan Usaha Pariwisata Lainnya Dalam Mendukung KSPN 2020 dilaksanakan di lima destinasi pariwisata prioritas, terdiri atas Danau Toba, Borobudur, Lombok-Mandalika, Labuan Bajo dan Manado-Likupang,” terangnya.
Sebagai informasi, Program Sarhunta ini dilaksanakan oleh Satuan Kerja Penyediaan Perumahan Provinsi Sumatera Utara Balai P2P Sumatera II Direktorat Jenderal Perumahan Kementerian PUPR sejak 2020 di Danau Toba. Pelaksanaanya dilakukan di enam daerah yakni Kabupaten Samosir, Kabupaten Toba, Kabupaten Tapanuli Utara, Kabupaten Simalungun, Kabupaten Humbang Hasudutan, dan Kabupaten Dairi.
Untuk di Kabupaten Simalungun alokasi Bantuan pada Tahun Anggaran (TA) 2020 berjumlah Rp11,6 miliar dengan rincian 30 unit untuk homestay yang berada di Desa Tiga Hirit, dan 235 unit untuk pembangunan koridor yang tersebar di empat Kecamatan dan 14 Desa/Kelurahan.
Program Sarhunta sangat memberikan dampak positif bagi masyarakat di Danau Toba. Rumah-rumah masyarakat yag dirubah dari sebelumnya tidak layak huni dan menjadi lebih layak huni bisa dimanfaatkan masyarakat sebagai homestay atau tempat penginapan bagi para wisatawan yang datang berkunjung.
Dalam proses pembangunannya pun masyarakat dilibatkan secara aktif agar mereka bisa merasa memiliki dan menjaga bangunan Sarhunta ini. Pemilik rumah maupun tukang bangunan yang bekerja juga bisa mendapatkan upah kerja sehingga meningkatkan perekonomian masyarakat.
Sinaga Wijaya yang juga sebagai Ketua Kelompok Sadar Wisata (KOPDARWIS) mengatakan Sarhunta sangat dibutuhkan oleh masyarakat wilayah Danau Toba, dengan adanya bantuan rumah untuk homestay tersebut bisa meningkatkan penghasilan masyarakat setempat, saat ditemui ditempat.
Sementara itu, salah seorang penerima bantuan Program Sarhunta di Danau Toba,Pak sipahutar Menambahkan Kalau kamar hotel full (penuh, red), wisatawan pasti mencari rumah masyarakat homestay seperti ini.
“Kami mengucapkan terima kasih ke Kementerian PUPR atas bantuan Sarhunta ini dan berharap agar program perumahan ini bisa dilanjutkan karena masih banyak masyarakat yang tinggal di rumah tidak layak huni, dan kami masih berharap uluran tangan dari pemerintah pusat untuk membantu sanitasi dan penataan lingkungan,” katanya. (Sumber: infopublik.id)