Min.co.id – Di dataran Dieng, tidak hanya terkenal dengan keindahan alamnya, melainkan ada juga anak-anak berambut gimbal yang tumbuh secara alami. Fenomena rambut gimbal ini hanya muncul pada anak-anak asli Dieng berusia 40 hari sampai 6 tahun yang terjadi di sejumlah desa di dataran Dieng.
Kemunculan rambut gimbal biasanya ditandai dengan demam pada anak, bahkan ada yang sampai dengan kejang-kejang. Mengutip dari mongabay.co.id, menurut cerita mulut ke mulut dan kepercayaan masyarakat setempat, anak yang berambut gimbal merupakan titisan dari Kyai Kolodete dan Nini Ronce.
Kyai Kolodete dan Nini Ronce adalah suami istri yang ditugasi Nyai Roro Kidul, penguasa Laut Selatan untuk menjaga kesejahteraan masyarakat Dieng. Konon, masyarakat setempat juga percaya dan meyakini rambut gimbal yang tumbuh pada anak-anak Dieng akan membawa musibah di kemudian hari. Untuk itulah diadakan Ruwatan Rambut Gimbal yang biasanya dilakukan satu tahun sekali.
Ruwatan Rambut Gimbal adalah upacara/ritual pemotongan rambut pada anak-anak yang berambut gimbal. Upacara ini diyakini bisa membuang sial dan dapat mendatangkan rezeki serta membuat anak berambut gimbal bisa hidup normal tanpa rambut gimbal.
Dalam ritual tersebut, sebelum melakukan pemotongan rambut gimbal, anak-anak dengan rambut gimbal akan ditanya apa yang mereka inginkan sebagai syarat agar rambutnya bisa dipotong. Permintaan tersebut harus dipenuhi, tidak kurang dan tidak dilebihkan. Jika tidak, maka rambut gimbal yang sudah dipotong meski berkali-kali akan tumbuh lagi.
Sebelum ritual berlangsung, akan dilakukan ritual do’a dibeberapa tempat, diantaranya Candi Candi Dwarawati, komplek Candi Arjuna, Sendang Maerokoco, Candi Gatot Kaca, Telaga Balai Kambang, Candi Bima, Kawah Sikidang, komplek Pertapaan Mandalasari (gua di Telaga Warna), Kali Pepek, dan tempat pemakaman Dieng.
Setelah ritual do’a, malam harinya akan ada upacara Jamasa Pusaka, yaitu pencucian pusaka yang dibawa saat kirab. Barulah keesokan harinya dilakukan kirab menuju lokasi pemotongan rambut gimbal.
Perjalanan dimulai dari rumah sesepuh pemangku adat dan berhenti di dekat Sendang Maerokoco atau Sendang Sedayu. Selama berkeliling desa anak-anak rambut gimbal ini dikawal para sesepuh, para tokoh masyarakat, kelompok-kelompok paguyuban seni tradisional, serta masyarakat.
Ruwatan Rambut Gimbal merupakan puncak acara dari Dieng Culture Festival (DCF). Selain Ruwatan Rambut Gimbal, dalam DCF adapula Festival Lampion, Festival Jazz di Atas Awan, dan serangkain acara lainnya. (Iim)
Referensi dan foto: http://dpad.jogjaprov.go.id/coe/article/ritual-ruwatan-rambut-gimbal-di-dataran-tinggi-dieng-426
