Ekoenzim, Larutan Serbaguna dari Sampah Organik

Min.co.id – Ekoenzim merupakan hasil dari fermentasi limbah dapur organik seperti ampas buah dan sayur, gula, dan air. Berwarna coklat gelap dengan aroma fermentasi asam manis yang kuat. Pertama kali diperkenalkan oleh Dr. Rosukon Poompanvong, yang merupakan pendiri Asosiasi Organik Thailand. Awalnya ekoenzim dibuat untuk mengolah enzim dari sampah organik sebagai pembersih organik.

Tidak hanya sebagai pembersih organik, ekoenzim dapat dimanfaatkan untuk kebutuhan rumah tangga, peternakan, dan pertanian. Kandungan dari ekoenzim berfungsi sebagai anti jamar, anti bakteri, pembunuh serangga, dan sebagai zat pembersih. Selain itu, dalam proses pembuatannya, ekoenzim akan melepaskan gas ozon (O3) yang dapat mengurangi karbondioksida (CO2) di atmosfer, sehingga mengurangi efek rumah kaca.

Mengutip dari lama zerowaste.id, ada beberapa alasan lain kenapa perlu mempertimbangkan untuk membuat ekoenzime:

1. Hemat: Mengubah sampah dapur menjadi pembersih rumah tangga alami.

2. Mengurangi polusi.

3. Air purify: Membersihkan udara dari racun, polusi, dan menghilangkan bau.

4. Pembersih rumah tangga (pencuci piring dan pakaian, pembersih lantai), insektisida, antiseptik, perawatan tubuh, pupuk, memudahkan pertumbuhan tanaman (sebagai fertilizer), hingga penolak serangga alami.

Ekoenzim bisa dibuat dengan mudah di rumah. Bahan-bahan yang digunakannya pun mudah dicari. Berikut langkah mudah membuat ekoenzim, dilansir dari instagram @demibumi.

1. Siapkan bahan-bahan dengan perbandingan 1:3:10 = gula : sampah organik : air. Gunakan gula merah/kelapa/aren, jangan gunakan gula putih karena banyak senyawa alaminya yang sudah hilang. Sampah organik tidak boleh berminyak dan tidak busuk/berjamur, gunakan minimal 5 jenis. Misalnya, 3 buah dan 2 sayur. Hindari menggunakan daging alpukat, durian, dan buah berlemak. Air yang digunakan sebagai bahan campuran bisa memakai air sumur, galon, buangan AC, air hujan, air PAM yang diendapkan 24 jam, sebanyak maksimal 60% dari wadah volume.

2. Siapkan wadah yang bermulut besar, berbahan plastik, dan berukuran kecil atau besar. Jangan gunakan wadah berbahan kaca karena mudah pecah dan wadah dengan tutup kecil karena mudah meledak.

3. Campur bahan dalam wadah

  • Bersihkan wadah dari kotoran/bahan kimia.
  • Masukkan bahan sesuai takaran.
  • Tutup rapat, beri label tanggal pembuatan dan tanggal panen.
  • Sebulan pertama, buka tutup wadah tiap hari untuk mengeluarkan gas.
  • Diamkan tiga bulan, aduk di hari ketujuh dan hari ketiga puluh.
  • Setelah tiga bulan, saring dan ekoenzim siap digunakan.
  • Tutup yang rapat agar tidak ada belatung

Untuk mendapatkan kualitas ekoenzim yang semakin baik, simak 6 tips berikut ini:

1. Simpan di tempat yang tidak terkena sinar matahari langsung, memiliki sirkulasi udara yang baik, dan jauh dari WiFi, tong sampah, dan bahan kimia.

2. Supaya ekoenzim berbau segar, tambahkan sayur buah yang aromatik seperti kulit jeruk, lemon, atau pandan.

3. Ekoenzim yang baik memiliki warna coklat muda/tua, beraroma asam segar, dan ph <4.0.

4. Ekoenzim tidak pernah kedaluwarsa, sehingga jangan simpan di kulkas.

5. Jangan gunakan sisa nanas dan cabai, jika akan digunakan ke kulit karena bersifat mengeringkan.

6. Pada Minggu ketiga, cek apabila ekoenzim ada belatung, berbau got, berwarna hitam, ada jamur hitam/abu/hijau, segera lakukan perbaikan. (Iim)

(Foto: sustaination.id)

 

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *