Indramayu Bikin Film, Wadah Belajar Film untuk Siapapun

Min.co.id-Indramayu- Nama Indramayu Bikin Film (IBF) dicetuskan sejak November tahun lalu. Komunitas film yang beranggotakan 18 orang ini, berencana akan di resmikan pada 30 Maret nanti. Tepat pada hari Film Nasional.

Ari, salah satu pendiri IBF mengatakan, sebuah film tidak dibuat sendirian, maka dari itu, dia mendirikan komunitas untuk mewadahi mereka yang berminat dibidang perfilman.

“Selain wadah untuk belajar, saya juga ingin membuat komunitas IBF menjadi pemantik teman-teman lainnya untuk mendirikan komunitas-komunitas baru. Tidak sekadar komunitas film. Dan yang pasti ingin memberikan angin segar untuk Indramayu,” kata Ari, Jum’at (22/1/2021).

Komunitas ini terbuka untuk siapapun, tak hanya mereka yang berasal dari Indramayu. Ari bahkan mengatakan, yang terpenting adalah kemauan belajar. Tidak memiliki keahlian pun tidak masalah, selagi mau belajar.

Adam, salah satu anggota IBF mengatakan dirinya bergabung dengan komunitas karena ingin membangun relasi sesama peminat film di Indramayu. Ia ingin berbagi, bertukar ide seputar produksi film, dan berdiskusi.

“Di indramayu, bisa dikatakan sangat sedikit orang-orang yang minat diperfilman. Sangat sulit bagi saya yang ingin membangun relasi sesama peminat film. Begitu saya mengetahui ada IBF, mungkin IBF adalah tempat yang tepat sebagai wadah saya untuk menyalurkan bakat dan minat saya di dunia perfilman,” ungkap Adam.

Sejauh ini, kegiatan yang sudah dilakukan komunitas, yaitu nonton bareng secara online, mengulas film, dan sedang dalam tahap pra produksi film perdana yang berjudul, Rita dan Taman Absurd. Kedepannya IBF ingin mengadakan event besar mengenenai film di Indramayu.

“Untuk saat ini, kegiatan IBF baru untuk internal terlebih dahulu. Setelah selesai produksi film perdana, baru kami coba untuk sinergi. Bahkan beberapa waktu lalu, kami ditawari untuk jadi media partner di festival film skala nasional. Tapi, kami belum bisa bergabung karena masih fokus ke internal,” ungkap Ari.

Dicetuskan selama pandemi, tentu saja membuat aktivitas IBF terbatas. Di samping jarang adanya layar alternatif di Indramayu.

“Kalau di Depok ada layar alternatif, salah satunya Studio Hanafi. Di sana biasa diadakan nonton bareng dan diskusi film,” ujar Ari.

Baik Ari maupun Adam, berharap IBF dapat menjadi wadah bagi peminat film, khususnya di Indramayu untuk dapat saling belajar, berbagi, dan berdiskusi seputar film. (iim)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *