Bisnis Ala Mr. Ino, Seimbangankan Pondasi dan Tiang Hasilkan Atap yang Kokoh

Min.co.id-Indramayu- Rumah Kopi Mr. Ino pertama kali dibuka oleh Inosensius Braminto pada tahun 2017. Saat kedai kopi di Indramayu belum menjamur seperti sekarang.

Ino terinspirasi membuat kedai sendiri saat bekerja di coffe shop di Bandung. Kala itu, dia teringat ada rumah kosong yang tidak di tempati di Indramayu. Ia akhirnya memutuskan untuk merenovasi rumah yang sudah dibangun sejak tahun 1950, kemudian disulap menjadi sebuah Rumah Kopi.

“Saat kerja di coffe shop, baru sadar ternyata kopi seru juga. Enggak cuma kopi hitam. Tapi ternyata, untuk mengolah kopi ada teknik dan caranya,” ujar Ino, Jum’at (22/01/2021).

Rumah Kopi Mr. Ino tidak sebatas menjual kopi, tapi ada edukasi mengenai kopi. Bagaimana mengenalkan dan menikmati kopi tanpa gula kepada masyarakat. Selain itu, roasted bean yang dijual di sini berasal sebagian besar berasal dari petani kopi yang berada di Aceh hingga Papua.

Saat ditanya mengenai kesulitan membangun bisnis, Ino mengatakan bahwa dirinya tidak mempunyai teman bahkan tidak kenal siapapun di Indramayu. Sehingga, diawal-awal usaha ia cukup kualahan mencari pasarnya.

“Saya tidak tinggal di Indramayu, tidak ada yang dikenal di sini. Biasanya, kalau membangun kedai, awal-awal diramaikan oleh teman-teman sendiri. Tapi, saya tidak. Mencari relasi, hingga mencari pasar dilakukan sendiri,” ungkap pria yang pernah 10 tahun bekerja di hotel.

Titik terendah Ino saat merintis bisnis adalah ketika Mr. Ino terendam air hujan. Dari depan hingga belakang. Kala itu, intensitas hujan cukup tinggi. Ia sempat ingin menyerah melihat lokasi bisnisnya seperti itu.

“Rumah peninggalan ini hanya direnovasi, jadi kalau sudah musim hujan harus siap-siap. Pernah banjir juga. Jadi, setiap musim hujan selain pengunjung sepi, was-was air hujan masuk juga,” ujar Ino.

Menurut Ino, jumlah pengunjung yang naik turun adalah sebuah hal yang wajar. Kalau jumlah pengunjung turun terus menerus, berarti tidak ada usaha dari pemilik bisnis.

Di samping itu, bagi Ino bisnis ibarat pondasi, tiang, dan atap. Pondasi adalah pemilik, tiangnya adalah karyawan, dan atapnya adalah usaha. Butuh keseimbangan antara pondasi dengan tiang agar bisa ada atap.

“Saat memulai bisnis, kita mencari kebebasan waktu. Setelah itu, kita buat bagaimana bisnis kita bisa berkontribusi untuk masyarakat sekitar. Dari masyarakat sekitar, naik lagi, bisa berkontribusi untuk negara,” ungkap Ino.

Saat ini, Ino memiliki 6 karyawan yang semuanya asli orang Indramayu. Ino juga mengatakan, bagi yang ingin memulai bisnis, penting untuk tahu terlebih dahulu ilmunya. Investasi dari leher hingga kepala. Hal tersebut dilakukan untuk memudahkan pemilik usaha dalam mengelola bisnisnya nanti. (iim)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *