Min.co.id-Indramayu- Esemah Coffee merupakan salah satu street coffee yang ada di Indramayu. Konsep ngopi pinggir jalan menjadi daya tarik tersendiri yang membuat orang mampir untuk memenuhi rasa penasaran akan suasana ngopi di sana.
Nama Esemah Coffee sudah Lucky Abdullah cetuskan sejak tahun 2019 saat ia masih bekerja di bagian dapur salah satu restoran di Jakarta. Ia bercita-cita ingin memiliki cafe dengan konsep masa lalu. Orang menikmati kopi sembari nostalgia mengenang masa-masa SMA.
“Saya terinspirasi dari caption yang ditulis Vino G. Bastian. Saat itu dia menulis SMA dengan kata Esemah. Menarik juga menurut saya. Apalagi saya punya konsep membuat cafe yang bisa membuat orang bernostalgia ke masa-masa SMA. Akhirnya, dipakailah nama Esemah sampai sekarang,” ungkap Lucky.
Sebelum nama Esemah, Lucky memiliki nama lain yaitu Cafein. Artinya Cafe Indramayu. Kalau jangkauan sudah lebih luas bisa juga berarti Cafe Indonesia. Karena memang konsep awalnya sebuah cafe bukan street coffee seperti sekarang.
Lucky memutuskan resign dari pekerjaannya untuk memujudkan mimpinya mendirikan cafe. Bukan tanpa pertentangan, teman-temannya bahkan orang tuanya menyesalkan keputusan Lucky yang saat itu sudah menjadi karyawan tetap restoran.
Desember 2019 Lucky meninggalkan pekerjaannya. Rencananya awal bulan Maret atau April 2020 ia membuka cafe, hanya saja karena Pandemi rencana itu batal. Akhirnya uang yang sudah ia kumpulkan digunakan untuk keperluan lain.
“Saat itu saya tetap ingin mewujudkan impian berbisnis. Lihat ada motor roda tiga, kenapa tidak dimanfaatkan untuk dijadikan gerobak. Terus saya juga punya motor lainnya, saya jual sebagai tambahan modal. Akhirnya bulan Juli tahun lalu Esemah Coffee mulai beroperasi,” ujar Lucky.
Awalnya, Lucky belajar seputar dunia perkopian secara otodidak. Saat dia meyakinkan diri membuka cafe, baru ia putuskan ikut kursus untuk lebih mendalami seputar kopi. Tak hanya itu, Lucky juga mengikuti seminar bagaimana mendirikan cafe dengan low butget di Bogor.
Saat mengikuti seminar, ia kaget lantaran pesertanya kebanyakan orang-orang bermobil. Materi yang ia dapatkan dari seminar, sangat membantunya dalam menjalankan bisnis. Ia tidak ingin asal membangun sebuah bisnis. Maka dari itu, ia bekali dirinya dengan berbagai pengetahuan seputar bisnis tidak hanya tentang perkopian semata.
“Kebanyakan dari kita merasa punya pengalaman jadi karyawan, misalnya pernah jadi barista. Terus merasa bisa meracik, akhirnya buka kedai sendiri. Tapi, lupa kalau untuk membangun sebuah bisnis dibutuhkan kemampuan untuk mengelola manajemennya. Mulai dari menciptakan menu, pemasaran, gimana caranya membidik pasar, dll,” ungkap Lucky.
Saat ditanya kendala atau kesulitan mengelola Esemah Coffee, Lucky mengatakan bahwa dirinya terlalu santai. Ia tidak mengalami kesulitan karena ia menyukai apa yang sedang dilakukannya saat ini.
Dari sehari hanya menjual 10 cup kopi, kini Lucky bisa menjual hingga 20 cup sehari. Bahkan setiap malam Minggu bisa lebih dari 50 cup. (iim)










Komentar