Ini Penyebab Perceraian Tinggi di Indramayu

Tak Berkategori

Min.co.id,Indramayu-Pengadilan Agama Kabupaten Indramayu setiap tahun menerima ribuan perkara perceraian yang diajukan penggugat. Dari gugatan perkara yang diajukan penyebab utamanya adalah faktor ekonomi.

Pemicu lain pasangan bercerai di Indramayu yakni poligami, kawin paksa, judi, pertengkaran suami-istri terus-menerus.

” Penyebab perceraian yang paling banyak adalah faktor ekonomi, ” kata Wahid Afani Bagian Humas Pengadilan Agama. Senin, ( 6/11).

Menurut Wahid permasalahannya kepala keluarga atau suami tidak mampu memenuhi perekonomian keluarga, sementara dari pihak istri akhirnya turut membantu memenuhi kebutuhan keluarga dengan bekerja menjadi TKI di luar negeri.

” Umumnya pihak istri bekerja di luar negeri sebagai tenaga kerja Indonesia. Namun sayangnya suami menghabiskan kiriman uang dari istri bukan untuk kebutuhan keluarga. Jadi jangan kaget penggugat cerai terbanyak itu dari pihak istri, ” jelasnya.

Sepanjang Januari – Juni 2017, cerai talak yang diajukan pihak suami 2.200 perkara, sedangkan gugat cerai yang diajukan dari pihak istri mencapai 6.849 perkara.

Sementara itu kata Wahid, Kabupaten Indramayu salah satu daerah pemasok TKI terbesar di Indonesia. Pada 2016, ada 17.281 TKI asal daerah itu yang bekerja di sejumlah negara, Seperti Taiwan, Malaysia, Hongkong, Korea dan tersebar di negara lain.

Yayah (bukan nama sebenarnya) mengaku warga Kecamatan Cantigi terpaksa menggugat cerai suaminya karena tidak mendapatkan nafkah lahir, ia telah dikarunia 2 anak yang masih usia sekolah dasar. Menurut dia suaminya bekerja tidak menentu.

” Terpaksa saya jadi TKW mas, abis suami saya menganggur terus, kadang kerja kadang enggak. Dan saya selalu kirim uang tiap bulan buat suami dan anak-anak, ” katanya.

Namun Yayah merasa kecewa dengan suaminya tersebut, sebab ia mendengar suaminya nikah lagi dengan perempuan tetangga desanya, ” Saya pulang dari Taiwan, eh suami malah kawin lagi. Uang yang saya kirimkan habis buat perempuan itu. Saya gugat cerai saja daripada sakit hati, ” pungkasnya. (Fahmi)

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *