min.co.id/Surakarta – Revitalisasi Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) menjadi program prioritas pemerintah saat ini. Bonus demografi sebanyak 65 persen dari total penduduk Indonesia berada di usia produktif dan sebagian besar aktif di dunia digital.
“Saat ini anak-anak kita hanya sebagai digital consumer sehingga perlu diciptakan digital producer. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) sedang berupaya membuat kebijakan dalam hal penguatan literasi digital,” ujar Staf Ahli Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Bidang Inovasi dan Daya Saing, Ananto Kusuma Seta, saat memberikan paparan pada acara International Seminar – “Establish the Standard Quality of Vocational School Graduate to Face the ASEAN Qualification Skill Competencies” di Universitas Sebelas Maret, Surakarta, Jawa Tengah, Rabu (17/5/2017).
Ananto menyebutkan, tiga alasan lain revitalisasi SMK adalah adanya permintaan tenaga kerja dalam negeri dalam jumlah besar. Kedua, kata dia, sumber daya alam Indonesia memiliki keuntungan komparasi yang besar dan kompetitif di dunia global. “Indonesia juga ingin memenangkan persaingan global di tingkat ASEAN tahun 2025 mendatang,” tutur Ananto.
Ananto mengungkapkan, terdapat seorang lulusan SMK di Nusa Tenggara Timur yang mempunyai penghasilan Rp 70 juta per bulan. Anak itu, kata dia, memiliki usaha jasa