sejak saat itulah ia mulai belajar membuat gerabah secara otodidak.
“Dari kecil saya memang sangat tertarik dengan gerabah karena terlihat sangat bentuknya yang unik dan beraneka ragam” ungkap Casinah.
Peralatan rumah tangga yang masih di produksi oleh Casinah antara lain berupa pedaringan (tempat menyimpan beras), kuali (untuk memasak jamu), kekeb (penutup dalam memasak nasi), pendil (tempat ari-ari/memasak jamu), laya (seperti piring) dan kendi (tempat menyimpan air).
Menurut pengerajin lainnya yaitu Wari (80) yang kini sudah berhenti sebagai pengerajin gerabah menjelaskan “saya sudah bertahun-tahun berhenti membuat gerabah, karena tidak ada modal. Ya mau bagaimana lagi, walaupun masih ada yang memesan gerabah terpaksa saya tolak karena tidak ada modal”.
Ruhaendi salah satu aktivis kebudayaan yang berada di Indramayu mengungkapkan keprihatinnya dengan kondisi tersebut, “gerabah merupakan salah satu ke arifan lokal yang merupakan keanekaragaman budaya yang berada di Indramayu, jelas ini harus dipertahankan dan dilestarikan. Pemerintah harus peka terhadap para pengerajin gerabah, karena kalau ini bisa dilestarikan, proses pembuatan gerabah bisa menjadi salah satu desnitasi wisata budaya di Indramayu.” (red/adh)
Sumber : Sangar Asem Gede Losarang Indramayu